Friday 17 October 2014

Tentang Kewajiban dan Hak

QS At Thalaaq: 

2 Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
 
3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

4. .... dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.


"Biasakanlah mengobrol mesra setiap saat dengan pasangan. Cara ini akan membuat semua persoalan kecil segera terklarifikasi dan terselesaikan dengan baik.
Suami istri berhenti berkomunikasi adalah awal menumpuknya berbagai persoalan kecil. Tiba-tiba kondisi mereka sudah berada di ambang persoalan yang kritis.
Jangan menunggu sampai muncul situasi krisis. Segera bangun kedekatan dan kemesraan dengan pasangan". Cahyadi Takariawan

"Kesetiaan, rasa cinta akan luntur jika hak dan kewajiban ditinggalkan. Pelaksanaan hak dan kewajiban harus stabil, apapun kondisi kita.Yang luntur seringkali diawali dengan dilalaikannya kewajiban". Toni Raharjo

Apapun profesi anda, jika melalaikan hak dan kewajiban maka akan mulai muncul masalah. Masalah mulai bermunculan dari yang kecil sampai kemudian bisa membesar dan meledak. Seorang pemimpin organisasi jika mulai melalaikan kewajibannya untuk berkomunikasi, memperhatikan, dan membersamai staf atau bawahannya, pasti akan didatangi masalah-masalah yang tidak disangkanya. Maka jangan heran jika pada waktunya mereka akan menuntut haknya. Bisa minta diberi penghargaan, bisa minta gaji naik, bisa membandingkan dengan perusahaan atau organisasi sebelah, bahkan sampai minta pergantian kepemimpinan. Awalnya mereka tidak pernah terpikir hal tersebut, tapi saat mereka bertemu masalah yang harus dibantu pemimpinnya, dan sang pemimpin ternyata  tidak hadir, maka yang tidak terpikirpun menjadi terpikir. Rasa cinta dan hormat pada pemimpinnya akan semakin terkikis dan habis. Hingga satu waktu kemudian mereka mengambil peran pemimpin itu, dengan alasan tidak ada lagi yang perlu ditunggu. 

Profesi orang tua juga demikian, saat mereka tidak bisa memberikan hak-hak anaknya, yang merupakan kewajiban ortu, maka anakpun akan melalaikan kewajibannya ke ortu. Anak sudah tidak perlu lagi menghormati dan mencintai ortunya. Saat anak butuh kasih sayang dan komunikasi, namun yang dia dapatkan adalah kata sibuk dan capek, maka merekapun akan mencari dunianya sendiri yang tidak mengenal kata sibuk dan capek. Saat orang tua sudah renta dan butuh anak-anaknya di hari tua, maka kata sibuk dan capek itu juga kembali pada mereka keluar dari mulut anak-anaknya. Hubungan ortu dan anak sudah menjadi seperti hubungan bisnis dan transaksional. Kalau tidak ada kebutuhan maka tidak ada kata sapaan. Bagaimana ada kasih sayang dan cinta mendalam, jika kewajiban sudah ditinggalkan karena beralasan sibuk dan capek tersebut. Maka dicabutlah perasaan kasih sayang. Maka rumah sebesar apapun tidak bisa lagi menampung ego penghuninya, menjadi rumah berasa pekuburan dan pasar, bukan berasa taman surga. Hanya ramai saat ada yang hendak dikubur. Hanya ramai jika ada transaksi untung rugi. Bukan berasa lagi yang sejuk, teduh, penuh kenikmatan, tempat hati bertambat dan enggan menjauh meninggalkannya.

Suami dan istri pun demikian. Sepertinya sepele, menyatakan rasa cinta. namun yang sepele itu bisa menjadi muasal berkurangnya cinta jika tidak ditunaikan sebagai kewajiban. Sepertinya sepele, mentatati suami, egonya dan kecerdasannya punya seribu satu alasan untuk menolak. Namun yang sepele itu pun akan menjauhkan rasa cinta suami pada isteri. Demikian juga untuk anak-anak, untuk isteri atau suamipun menunaikan kewajiban dan hak tidak mengenal saat merasa sibuk dan capek. Dalam setiap kondisi dan setiap perasaan, menunaikan kewajiban dan hak tidak ada pengecualiannya.

Demikian pula hubungan yang paling hakiki, seorang hamba pada Rabbnya. Akan semakin hilang cinta hamba pada Rabbnya jika dia sudah meninggalkan kewajiban taatnya. Sudah berasa ringan meninggalkan yang sunnah, maka semakin ringan pula nanti meninggalkan yang wajib.

Mari kita tenggok bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menunaikan kewajiban pada keluarga, ummat, dan Rabbnya. Yang sederhana, jika beliau dipanggil namanya oleh siapapun, maka beliau akan berputar dan menghadap dengan seluruh badannya. Beliau tunaikan kewajibannya dengan memenuhi panggilan itu, dan ditambah lagi dengan sepenuh anggota badan beliau juga diarahkan pada panggilan itu. Bila Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memenuhi panggilan Rabbnya pada setengah atau sepertinga malam terakhir, maka beliau tunaikan dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada sang isteri, dan beliaupun akan berdiri menghadap Rabbnya dengan sepenuh kekuatan jasad dan jiwa beliau. Maka para sahabat yang menjadi makmum pun tidak dapat mengimbangi lamanya beliau berdiri, ruku dan sujud. Setiap beliau berjumpa dengan ayat ayat surga dan neraka maka tetes air mata dan kata-kata tasbih, tahmid dan istighfarpun ada dalam sholatnya. Begitulah beliau tunaikan juga dengan sepenuh jiwa. 

Demikian kewajiban dan hak di satu sisi tidak lepas dari sisi lain yaitu tingkat cinta, keimanan dan ketaqwaan. Kedua sisinya terikat dalam satu paket. Semakin terjaga keimanannya semakin kuat seseorang menunaikan kewajibannya. Semakin taat seseorang menunaikan kewajibannya maka semakin naik keimanannya. Sakinah dalam rumah, sakinah dalam organisasi, sakinah dalam menuntut ilmu hanya ada jika didalamnya setiap diri ada keimanan yang terjaga, yang karenanya ada kewajiban kan tertunaikan, dan harapan tidak pernah padam sampai di akhir kehidupannya.

QS At Tholaaq 11:
Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.

No comments:

Post a Comment