Wednesday 29 October 2014

Tentang kategori Fakir

Ibnu Qudamah menyatakan bahwa menurut sudut pandang Islam terdapat lima golongan yang termasuk fakir :

1. Orang yang dengan sengaja menjadi miskin dan mengambil jarak dengan semua gemerlapnya dunia. Dunia menghampiri namun mereka lari meninggalkannya, merekalah yang disebut sebagai orang Zuhud.

2. Orang yang selalu rela dengan keadaan yang diterimanya di hari ini. Dalam keadaan senang ataupun susah, orang ini selalu bersyukur atas karuniaNya disetiap keadaannya. Tidak mengeluh, ridha menjadi hiasan hati dan jiwanya. Inilah orang yang ridho

3. Orang yang mempunyai kecenderungan terhadap harta daripada tidak berharta, namun tidak memaksakan diri untuk mengejar-ngejar harta. Hatinya tidak dikuasai harta, dan mereka disebut orang yang puas.

4. Orang yang selalu terbentur keadaan, menjadi fakir karena terkondisi. Jika ada peluang dan kesempatan untuk mendapat harta, maka orang ini tidak akan melewatkannya. Mereka orang yang suka berpayah-payah dalam mencari harta, dan mereka disebut orang yang ambisius. 

5. Orang yang selalu terpaksa. Terpaksa untuk mencari makan, karena sudah tidak ada lagi yang bisa mereka makan. Terpaksa untuk mencari kebutuhan-kebutuhan sehari-hari, termasuk pakaian dan tempat berteduh. Orang-orang ini susah diketahui motifnya dalam mencari harta. 

Kita mempunyai hak prerogratif (seperti presiden milih menteri yaa..:)) untuk memilih berada pada posisi yang mana. 

Rasulullah sholallahu alaihi wassalam selalu memohon kepada Allah untuk dijauhkan dari fitnah harta dan dunia. Termasuk doa beliau: Ya Allah, jadikanlah rezeki Muhammad hanya sekedar makanan pokoknya saja (HR Bukhari dan Muslim)

Berpunya maupun tidak berpunya, seharusnya tetap menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa dan bermanfaat. Tidak ada alasan diantara kedua keadan tersebut untuk tidak menjadi orang yang bertaqwa dan sekaligus mulia disetiap waktunya. 

Kalau dipikir-pikir, menjadi miskin memang lebih aman, beberapa sabda Rasulullah sholallahu alaihi wassalam menyatakannya, karena orang mukmin lagi fakir lebih cepat 500 th di depan orang kaya saat memasuki surga (HR Ibnu Hibban, Tirmidzi, dan Ibnu Majah), karena Rasulullah sholallahu alaihi wassalam melihat banyak orang miskin yang ada didalam surga dibanding orang kaya yang tertahan di luar (HR Bukhari dan Muslim). Namun kita juga harus ingat bahwa "Tangan yang diatas itu lebih baik dari tangan yang ada dibawah (HR Bukhari dan Muslim). Jadi teranglah bagi kita, kenapa setiap Rasulullah mempunyai kelebihan makanan ataupun apapun, pasti sudah langsung habis terdistribusi, demikian pula istri beliau Aisyah. Aisyah pernah mendapatkanhadiah  dua karung berisi pakaian namun sekejab sudah habis dibagikannya. Ustman bin Affan RA pernah disaksikan sahabat yang menghitung jumlah tambalan di pakaiannya yang berjumlah 32, padahal beliau orang yang bersedeqah dengan 300 ekor unta beserta perbekalannya, ditambah 1000 dinar (2 juta x 1000 = 2 milyar) untuk perang tabuk. Dan pada masa Umar bin Khathab, para sahabat veteran perang badar yang mendapat tunjangan 5000 dirham per tahun (sekitar 2 milyar) juga tidak ada yang kemudian bergaya hidup kaya, karena mereka juga langsung bersedeqah. Jadi walaupun miskin aman, tidak ada alasan untuk tidak menjadi dermawan. Derwawan bukan dilihat dari banyak sedikitnya, tapi dari niat dalam diri yang hanya Allah yang akan menilainya, yang bahkan malaikatpun tidak mengetahuinya. Dermawan juga bukan dari rasa berat atau ringan melepas harta, tapi kembali lagi dinilai dari niat ikhlas karena Allah semata.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya.” (QS. Al Ankabut 64)

Allah yang sebagai pencipta dunia, semesta, dan seluruh isinya telah menyatakan dengan gamblang tentang apa itu kehidupan dunia, Apakah kita tidak mempercayainya? Apakah kita lebih tahu dari sang pancipta makhluknya? Sedang Allah sendiri juga yang telah mencipta diri kita, dan juga suatu tempat abadi bernama surga.

Wallahu a'lam  bisshowab
 

Tuesday 21 October 2014

Tentang Pemimpin

Pemimpin itu seharusnya adalah yang paling takut pada Allah, yang paling 'alim, yang paling mengingat mati, adalah dia yang paling perasa jika Allah dan RasulNya yang dilukai, tetapi juga yang paling tidak merasa terluka jika dirinya yang dilukai.

Pemimpin itu seharusnya adalah yang paling kuat daya tahannya atas puji dan cercaan makhlukNya, adalah dia yang paling cepat memaafkan cerca, adalah dia yang paling tidak suka puji dan adalah dia cepat lupakan puji.

Pemimpin itu seharusnya adalah  yang paling mudah menanggis apabila mendengar ayat-ayatNya, yang paling mudah menangis apabila yang dipimpinnya dirundung derita dan ketidakadilan, yang paling mudah menangis apabila dalam sendiri bertemu Rabbnya, merasa hamba yang paling berdosa.

Pemimpin itu seharusnya adalah yang merasa bersalah jika terlewat : fardhu tanpa berjamaah di masjid, malam tanpa tahajud, pagi tanpa dhuha, sholat wajib tanpa rawatib, setiap bulannya tanpa ayyaumul bidh, setiap malam jumat tanpa Al Kahfi.

Pemimpin itu seharusnya bisa menjadi imam sholat bagi yang dipimpinnya, bisa menjadi murabbi bagi yang dipimpinnya, bisa menjadi qudwah yang dipimpinnya, bisa menjadi kepercayaan yang dipimpinnya, bisa menjadi sahabat dalam tangis dan tawa yang dipimpinnya.

Pemimpin itu seharusnya yang taktertampak ibadahnya namun terasa akibat ibadahnya oleh yang dipimpinnya.
Pemimpin itu seharusnya yang tak tertampak sedihnya terbeban amanah, namun terasa terlaksananya amanah oleh yang dipimpinnya.

Pemimpin itu seharusnya yang paling dahulu dan rajin menghisab diri. Pemimpin itu seharusnya yang paling peka jika barokah tidak menaungi diatas tanah yang dipimpinnya, pada yang dipimpinnya. Pemimpin itu seharusnya yang menangis pilu dan takut jika ada beban taktertunaikan.

Jika yang dipimpinnya dalam salah satu diantara dua keadaan, maka Pemimpin itu seharusnya yang paling dahulu rasakan sedih,  dan yang paling akhir rasakan bahagia.


Pemimpin itu seharusnya yang hadirkan surga dalam hidupnya, yang hadirkan surga dalam kehidupan yang dipimpinnya, dan yang berada didepan gerbang surga di dalam surga.

Dalam segala doa dan ikhtiyar, untuk merubah diri yang masih berkata "seharusnya".
Setiap hamba adalah pemimpin untuk dirinya, untuk keluarga, untuk ummat.

Friday 17 October 2014

Tentang mahar

Rasulullah shollallahu alaihi wassalam mahar untuk menikahi Khadijah rodhiallahu anha: 20 ekor unta merah, pendapat lain 100 unta.

1 ekor harganya: 200 sd 300 dinar
1 dinar: Rp 1,9 juta (1 dinar = 4.25 gram, 22 karat)
Jadi total mahar: 20 ekor x 200 dinar x 1,9 jt = 7,6 Milyar.

Jika harga 1 gram = Rp. 487.057, maka harga untuk 4,25 gr (1 dinar) =Rp.  2.069.992

harga emas 17 Oktober 2014

Tentang Kewajiban 2

Kewajiban suami : Mendidik agama pada istri dan anak. Mendidik agama dalam arti yang luas agar taat pada Allah. Menafkahi keluarga.

Kewajiban Istri: Taat, dan menjaga harta suami.

Setiap kewajiban akan dimintai pertanggung jawaban. Kewajiban istri bukanlah nyapu ngepel nyuci, tapi taat (asal bukan untuk maksiyat).

Tentang Kewajiban dan Hak

QS At Thalaaq: 

2 Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
 
3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

4. .... dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.


"Biasakanlah mengobrol mesra setiap saat dengan pasangan. Cara ini akan membuat semua persoalan kecil segera terklarifikasi dan terselesaikan dengan baik.
Suami istri berhenti berkomunikasi adalah awal menumpuknya berbagai persoalan kecil. Tiba-tiba kondisi mereka sudah berada di ambang persoalan yang kritis.
Jangan menunggu sampai muncul situasi krisis. Segera bangun kedekatan dan kemesraan dengan pasangan". Cahyadi Takariawan

"Kesetiaan, rasa cinta akan luntur jika hak dan kewajiban ditinggalkan. Pelaksanaan hak dan kewajiban harus stabil, apapun kondisi kita.Yang luntur seringkali diawali dengan dilalaikannya kewajiban". Toni Raharjo

Apapun profesi anda, jika melalaikan hak dan kewajiban maka akan mulai muncul masalah. Masalah mulai bermunculan dari yang kecil sampai kemudian bisa membesar dan meledak. Seorang pemimpin organisasi jika mulai melalaikan kewajibannya untuk berkomunikasi, memperhatikan, dan membersamai staf atau bawahannya, pasti akan didatangi masalah-masalah yang tidak disangkanya. Maka jangan heran jika pada waktunya mereka akan menuntut haknya. Bisa minta diberi penghargaan, bisa minta gaji naik, bisa membandingkan dengan perusahaan atau organisasi sebelah, bahkan sampai minta pergantian kepemimpinan. Awalnya mereka tidak pernah terpikir hal tersebut, tapi saat mereka bertemu masalah yang harus dibantu pemimpinnya, dan sang pemimpin ternyata  tidak hadir, maka yang tidak terpikirpun menjadi terpikir. Rasa cinta dan hormat pada pemimpinnya akan semakin terkikis dan habis. Hingga satu waktu kemudian mereka mengambil peran pemimpin itu, dengan alasan tidak ada lagi yang perlu ditunggu. 

Profesi orang tua juga demikian, saat mereka tidak bisa memberikan hak-hak anaknya, yang merupakan kewajiban ortu, maka anakpun akan melalaikan kewajibannya ke ortu. Anak sudah tidak perlu lagi menghormati dan mencintai ortunya. Saat anak butuh kasih sayang dan komunikasi, namun yang dia dapatkan adalah kata sibuk dan capek, maka merekapun akan mencari dunianya sendiri yang tidak mengenal kata sibuk dan capek. Saat orang tua sudah renta dan butuh anak-anaknya di hari tua, maka kata sibuk dan capek itu juga kembali pada mereka keluar dari mulut anak-anaknya. Hubungan ortu dan anak sudah menjadi seperti hubungan bisnis dan transaksional. Kalau tidak ada kebutuhan maka tidak ada kata sapaan. Bagaimana ada kasih sayang dan cinta mendalam, jika kewajiban sudah ditinggalkan karena beralasan sibuk dan capek tersebut. Maka dicabutlah perasaan kasih sayang. Maka rumah sebesar apapun tidak bisa lagi menampung ego penghuninya, menjadi rumah berasa pekuburan dan pasar, bukan berasa taman surga. Hanya ramai saat ada yang hendak dikubur. Hanya ramai jika ada transaksi untung rugi. Bukan berasa lagi yang sejuk, teduh, penuh kenikmatan, tempat hati bertambat dan enggan menjauh meninggalkannya.

Suami dan istri pun demikian. Sepertinya sepele, menyatakan rasa cinta. namun yang sepele itu bisa menjadi muasal berkurangnya cinta jika tidak ditunaikan sebagai kewajiban. Sepertinya sepele, mentatati suami, egonya dan kecerdasannya punya seribu satu alasan untuk menolak. Namun yang sepele itu pun akan menjauhkan rasa cinta suami pada isteri. Demikian juga untuk anak-anak, untuk isteri atau suamipun menunaikan kewajiban dan hak tidak mengenal saat merasa sibuk dan capek. Dalam setiap kondisi dan setiap perasaan, menunaikan kewajiban dan hak tidak ada pengecualiannya.

Demikian pula hubungan yang paling hakiki, seorang hamba pada Rabbnya. Akan semakin hilang cinta hamba pada Rabbnya jika dia sudah meninggalkan kewajiban taatnya. Sudah berasa ringan meninggalkan yang sunnah, maka semakin ringan pula nanti meninggalkan yang wajib.

Mari kita tenggok bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menunaikan kewajiban pada keluarga, ummat, dan Rabbnya. Yang sederhana, jika beliau dipanggil namanya oleh siapapun, maka beliau akan berputar dan menghadap dengan seluruh badannya. Beliau tunaikan kewajibannya dengan memenuhi panggilan itu, dan ditambah lagi dengan sepenuh anggota badan beliau juga diarahkan pada panggilan itu. Bila Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memenuhi panggilan Rabbnya pada setengah atau sepertinga malam terakhir, maka beliau tunaikan dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada sang isteri, dan beliaupun akan berdiri menghadap Rabbnya dengan sepenuh kekuatan jasad dan jiwa beliau. Maka para sahabat yang menjadi makmum pun tidak dapat mengimbangi lamanya beliau berdiri, ruku dan sujud. Setiap beliau berjumpa dengan ayat ayat surga dan neraka maka tetes air mata dan kata-kata tasbih, tahmid dan istighfarpun ada dalam sholatnya. Begitulah beliau tunaikan juga dengan sepenuh jiwa. 

Demikian kewajiban dan hak di satu sisi tidak lepas dari sisi lain yaitu tingkat cinta, keimanan dan ketaqwaan. Kedua sisinya terikat dalam satu paket. Semakin terjaga keimanannya semakin kuat seseorang menunaikan kewajibannya. Semakin taat seseorang menunaikan kewajibannya maka semakin naik keimanannya. Sakinah dalam rumah, sakinah dalam organisasi, sakinah dalam menuntut ilmu hanya ada jika didalamnya setiap diri ada keimanan yang terjaga, yang karenanya ada kewajiban kan tertunaikan, dan harapan tidak pernah padam sampai di akhir kehidupannya.

QS At Tholaaq 11:
Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.

Wednesday 15 October 2014

Tentang Dakwah



QS Al Anbiya [21]: 87. dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."

Nabi Yunus AS melakukan satu kesalahan saja, yaitu meninggalkan dakwah. dengan satu kesalahan itu cukup alasan bagi beliau untuk menerima tamparan yang bertubi-tubi dari Allah. Beliau merasakan badai, berkali-kali keluar namanya dalam undian untuk dibuang ke laut, kemudian ditelan ikan, dalam kelaparan dan kesempitan, lemah.

Pertanyaannya : Bagaimana jika banyak manusia meninggalkan tanggung jawabnya untuk berdakwah? Berapa kesempitan yang akan ditimpakan kepada diri, keluarga, masyarakat dan bangsa?

Para penyeru kebaikan dan pencegah kemunkaran akan selalu hadir, kembali kepada diri sendiri, apakah kita akan ikut dalam rombongan itu yang surga firdaus sebagai pertukarannya.
HR Bukhori: dalam umatku akan senantiasa ada segolongan kaum yang selalu menegakkan hukum Allah. Tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menghinanya, tidak pula orang-orang menyelisihinya, sampai datangnya ketetapan Allah san mereka senantiasa seperti itu.

Akan selalu ada peran Al-Jamaah al-Muslimah dan at-Tha'ifah Adz-dzahirah (jamaah yang dimenangkan), bisa ada lebih dari satu dalam satu waktu. Orang-orang yang alim yang berpegang teguh dengan sunah Rasulullah dengan manhajnya dan dengan apa saja yang berasal dari beliau dan siapa saja yang mengikutinya (As-sawadil a'dzam). Belum pernah ada sholat subuh yang gagal karena tidak ada imam.

Ibnu Hazm, Al Muhalla: Benar bahwa setiap masanya, umat ini tidak akan terlepas dari orang yang menegakkan kebenaran.

Masyarakat kita peradaban materialnya sudah tinggi namun peradaban spiritualnya rendah, sangat kontras dengan masa-masa kejayaan Islam. Inilah yang menjadi salah satu alasan untuk menegakkan dan mengajak manusia dalam penyembahan kepada Allah. Untuk menjadi yang termasuk  dalam at-Tha'ifah Adz-dzahirah, perlu belajar, perlu Ilmu.

Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

Malik bin Nabi: Peradaban akan naik bertumbuh jika didominasi dengan nilai-nilai spiritual (nilai ilahiyah), akan stagnan bila didominasi nilai materialisme (benda), dan akan turun bila didominasi oleh syahwat. Para sahabat didikan Rasulullah SAW mempunyai peradaban material rendah dan peradaban spiritual tinggi, maka kecerdasan spiritualnya tinggi.

Saat mereka menemui masalah, mereka berkata: Hei masalah, kamu memang besar, tapi aku punya Allah yang jauh lebih besar dari kamu, maka kamu tunduklah pada Allah (Sahabat dengan singa..ITU KEKUATAN IMAN!!!)

Ex:
1. Ribi bin 'Amir
2. Ana jundu minjunudihim Muhammad (Singa, aku adalah pasukan dari      tentaranya Muhammad maka takutlah engkau pada Allah dan antarkan aku pada pasukanku).
3. Nabiullah Ibrahim 'alaihi wassalam, keimanannya tinggi mengubah hukum alam (Yaa naaru kullu bardra wa sallaman Ibrohiim)
4. Abu Dzar dan Bilal Ra

Menjadi sholeh dan beriman itu 'KEREN"

Kita sudah layak belum diberi pertolongan oleh Allah??

The sin of inaction, berdosa karena tidak melakukan apa-apa, saat ada kemaksiatan disekitarnya diam. Mengajak bertaqwa.

Kemaksiatan punya variasi yang sangat beragam. Maka kreativitas dai mustinya juga bervariasi. Dakwah paling kreatif anda seperti apa? Kita tidak terbayang kreativitas maksiat, sedang dakwah kita metodenya hanya dari pengajian ke pengajian saja. Membaca pertanda mulai ditinggallkan

Kutub Dakwah Top Down dan Bottom Up :

A. Ada kutub Pemimpin negara: Umar bin Abdul Aziz, Nurudin Zanki (hafidz dan ahli hadist bermadzab Imam Abu Hanafi, Hanafiah):
1. Mempersiapkan masyarakat yang islami, bebas dari aliran yang meyesatkan, (pendidikan formal dan informal)
2. Manajemen pemerintahan Islami
3. Menyatukan komponen-komponen umat Islam (menghindari friksi antar mazab)
4. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fasilitas umum
5. Sarana dan kekuatan militer dibangun
6. Menghapus kerajaan kecil yang membawa perpecahan
B. Ada kutub Bottom up:
Jangan Diam.
Lakukan Sesuatu, Meski Ringan.
Angkat Beban!
Maulana malik ibrahim, dakwah di Jawa: Turki (Muhammad II), ahli perang dan irigasi.
Tatang the fighter
Toni Ruttiman

Keduanya baiknya beriringan. Dimanapun kita bisa berperan.

Dalam berdakwah perlu ilmu.

Imam Syafii syarat orang berilmu :
1. Cerdas, dzaka'in
2. Semangat, ambisi (Semangat 300%), Khirzin
3. Sabar. Istibarin
4. Modal, bulgotin
5. Guru yang baik, Irsyadu ustadzin.
6 . Perlu waktu. Watulul zaman

Cara penyelesaian cepat studi (ilmu bisa masuk dan bermanfaat), menjaga makan (tidak makan di warung pinggir jalan), kalimat keji tidak keluar dari mulut (mengumpat), akhlaqul Karimah (takzim pada guru)

Ujung dari ilmu adalah manfaat, untuk merubah keadaan bukan kepuasan individu, kepuasan intelektual.
Apakah ilmu sudah merubah hidup anda, apakah sudah mewarnai dakwah?
Ada ide kreatif dalam berdakwah dan beramal?



Tuesday 14 October 2014

Tentang Sumber

Hanya cinta karena Allah, yang membuat manusia bahagia

Tentang alasan menikah

Simaki pernyataan dari seorang wise man di website sebelah, rasanya ada yang kurang kalau kita  belum memaknai alasan menikah dari sumber hukum kita sebagai muslim. Seperti yang digambarkan oleh Peter Gould dalam lukisannya, bahwa kita dilahirkan membawa mandat yang sama, membawa alasan yang sama, dengan yang diturunkan kepada para nabi dan Rasul, dari Adam 'alaihi wassalam sampai dengan kekasih tercinta kita, Rasulullah sholallahu alaihi wa alaihi wassalam.

Terkadang keberanian menikah menjadi di luar nalar bagi yang lebih banyak menggunakan pikiran dari pada keimanan. Nabi bersabda: "Nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud. Hadits senada diriwayatka oleh An Nasa’i dan Ahmad)". Ini hanya satu diantara banyak dalil lain dari Al Quran dan Al Hadist.


                                          picture: Peter Gould

Jadi jika kita benar-benar mencintai Rasulullah sholallahu alaihi wassalam, maka kita akan mendengarkan beliau dan melaksanakan perintahnya yang karenanya tersebab cinta beliau kepada kita. Ternyata, Menjadi banyak pertimbangan jika kita terlalu mengedepankan pikiran, contohnya..

Jika segera menikah maka...?

1. Bagaimana memberi makan Isteri, bagaimana mensejahterakan keluarga nanti? belum lagi...Bagaimana membiayai SPP kuliah sang isteri nanti, sedang SPP saya juga dari ortu...takutnya nanti ada biaya-biaya tak terduga  dan terduga yang akan menyebabkan dia malu pada istri dan keluarganya. (Lupa yaa...yang memberi makan anda, isteri, anak..itu bukan uang dari penghasilan anda, tapi dari Allah).

Belum lagi takut biaya pernikahan yang tidak bisa tercukupi...

Tentang biaya pernikahan? Jika anda memang Allah takdirkan belum berpunya tapi sudah kuat tekat menikah, Allah pasti akan mempertemukan anda dengan pasangan yang tidak memikirkan biaya pernikahan. Sebaliknya, Jika anda tunda pernikahan dengan mempersiapkan sungguh-sungguh biaya pernikahan, Insya Allah juga akan Allah pertemukan dengan keluarga yang bersungguh-sungguh memperhatikan biaya pernikahan. Mungkin ada yang bilang.."Alhamdulillah sudah ngumpulin uang utk biaya pernikahan, jadi pas menikah sudah tersiapkan semuanya, dan cukup." Tapi juga akan ada yang berpikir sebaliknya.."Alhamdulillah walau dulu tidak punya tabungan utk biaya pernikahan, tapi pernikahan tetap terlaksana, walau sederhana saja, dan sekarang bisa sama-sama istri untuk ngumpulin uang buat keluarga". Jadi akhirnya kedua jalan berpikir itu memulai hidup berkeluarga dari saldo yang sama-sama "nol" (dalam arti masing-masing ya....), namun dalam skala waktu sepertinya akan berbeda darimana memulainya, atau darimana start umurnya. Hehe.ini hanya interpretasi saya lho atas apa yang pernah saya alami.

So...Jika anda tidak match dg biaya pernikahan yang diajukan pihak wanita, maka itu memang bukan jodoh dari Allah yang dipilihkan untuk anda. Kalau begitu, Santai aja broo, jangan kelamaan patah hati..dengan apa yang Allah sudah tentukan, yakin akan ada jodoh yang lebih baik dari Allah.

2. Akan menggangu jalan karier...kan belum lulus S1, S2, S3 dst, belum dapat kedudukan tertentu, pangkat tertentu, gaji tertentu...takutnya akan ada urusan-urusan baru, memecah kosentrasi, ada urusan anak sakit, antar ke dokter, tentu nambahin pikiran.. yang bisa-bisa mengganggu karirnya. takut perjalanan karirnya terancam, takut ga segera lulus...kenapa hidup jadi mengerikan gitu yaa??? Kan kita punya Allah, ada di setiap langkah kita, pasti Allah yang memberi solusi, jika kita taat padaNya. Tidak ada sesuatupun yang luput dari Allah, tidak akan Allah senang jika kekasihNya berkesusahan. Check.. QS At Tholaq.

If.. ada kasus, saat anda tidak risau dengan jalan karir, tetapi ketemu calon mertua yang masih mensyaratkan untuk menunggu faktor kelulusan atau ijazah dari anda dan anaknya, dan itu tidak match dengan target anda menjalankan sunnah. Sekali lagi mungkin dia bukan jodoh dari Allah yang dipilihkan untuk anda. Kalau begitu, Santai aja broo, jangan kelamaan patah hati..dengan apa yang Allah sudah tentukan, yakin akan ada jodoh yang lebih baik dari Allah. Heheh...Hunting yang sama-sama ingin mensegerakan saja. Tapi jika ortu anda sendiri yang masih risau dengan jalan karir, jangan terus ditinggalkan ya...tetap pakai prinsip bil hikmah wa mau'idzatil hasanah.

3.  Takut gagal dan Takut gagal menikah...takut citranya turun jika gagal dalam berkeluarga, jadi takut pilih-pilih istri, berhati-hati sekali memilih istri. Semakin dewasa, semakin tidak tertarik wanita yg belum mature, tidak dewasa, berisiko, yang bicaranya tidak tertata. Sedang wanita yang selevel, sekelas dengannya sudah pada menikah, sudah tua, sudah tidak menarik secara fisik. Ada seorang sahabat yang belum menikah mendapat tawaran taaruf dengan sahabit yang hafidzoh...alasan sang sahabat itu tidak berani melamarnya adalah levelnya terlalu tinggi, nanti tidak bisa lagi nonton sepak bola lagi... :). Begitulah akan ada saatnya standar masing-masing tidak seimbang, tapi pada satu waktu hal tersebut tidak bisa dihindari. Selagi anda masih dalam level yang seimbang dengan calon pendamping hidup anda, kenapa harus ditunda lagi rencana pernikahan anda? dan kalaupun anda mendapat yang berkualitas yang lebih daripada anda, maka bersyukur dan bersegeralah menikah, dan dalam perjalanannya, belajarlah, berusaha menjadi seberkualitas pasangan anda.

4. Sudah tidak bisa ubyang-ubyung dengan wanita yang lain.. Yang ini tidak usah terlalu dibahas yaa...

Jadi dari beberapa poin diatas:
Laki-laki cenderung menjauhi pernikahan, wanita cenderung mendekati pernikahan. Laki-laki cenderung sedikit pertimbangan segera menikah, wanita cenderung banyak alasan dan pertimbangan utk mensegerakan menikah

Kalau mengerti bahwa keimanan dan ketaqwaan itu yang utama, maka laki-laki ataupun wanita pasti ia akan cenderung mensegerakan pernikahan. Sedikit pesan..Bagi wanita, jangan karena terlalu banyak alasan utk segera menikah, sehingga sembarangan dan mengiyakan saja siapa saja yang paling dulu melamar. Bagi laki-laki, jangan tunda lagi jika ada tawaran menikahi wanita muslimah yang berkualits agamanya serta telah paham jalan dakwahnya.

Tumbuh bersama utk dewasa dengan pasangan adalah salah satu alasan melawan yang 4 poin diatas. Dalam usia sama mudanya, sama-sama punya semangat dalam dakwah yang menggebu, juga sama-sama masih saling menarik secara fisik. Jika sama-sama mulai dari bawah. Insya Allah ikatan, boundingnya akan lebih kuat dan bermakna, dibanding dengan yang bertemu dengan kita saat kita sudah sukses. Tidak ada jaim lagi jika sama-sama tahu apa yang dipunya, apa yang dikejar, jika sama-sama mulai dari bawah. Akan lebih kuat dalam melalui setiap badai karena sudah terlatih melewati bermacam tipe badai sejak awal pelayaran mengarungai samudera kehidupan. Bukan berarti juga yang bertemu saat sudah berlayar dengan baik dan stabil itu lantas tidak baik bagi anda..hehe..belum tentu juga, nanti kapan nikahnya dong, kalau saat mulai berlayar tidak ada teman berlayar, dan saat sudah stabil berlayar juga tidak ada pasangan yang menemani. (catatan: Sengaja supaya menjadi misteri bagi masing-masing anda tentang contoh percik barokah pernikahan yang disegerakan, agar anda punya jalan cerita sendiri yang bisa anda rasakan jika mengalaminya.)

Kalau ada yang pernah merasa melihat dan memandang dengan kacamata dunia, sepasang suami isteri yang belum bermotor, apalagi bermobil, si isteri menggendong anak yang masih bayi, beserta sang suami disampingnya yang juga memanggul anak di punggungnya. Lalu anda berkata dalam hati.."Jangan sampai nanti keluarga saya menderita seperti apa yang terjadi pada mereka". Maka bersiap-siaplah anda salah...

Belum tentu anda lebih bahagia dibanding mereka saat nanti anda sudah berkeluarga dan bermobil atau bermontor bersama anak isteri. Seperti halnya belum tentu mereka sedih karena Allah berikan hidup yang sederhana dalam keseharian.Ingat kisah nyata tentang seorang bapak tukang becak di Jawa Timur? Beliau sudah merasa hidupnya bahagia dengan sang istri, rumah sederhananya, dan becak untuk menjemput rizki. Tukang becak istimewa yang hafiz Al Quran dan mampu melantunkannya dalam 7 maqams, berputera dua yang juga hafiz. Puteranya yang sudah menjadi pejabat dan dosen tentu saja menjadi sumber kebahagiaan sang bapak, namun tidak juga membuat beliau menerima tawaran keduanya untuk mengganti life style sederhananya. Beliau lebih bahagia dalam kesederhanaannya dengan terus melayani orang-orang yang beliau antar naik becak. Terkait profesi dan kebahagiaan nya berbecak, ada dua ketetapan beliau senantiasa jaga..pertama : Beliau berketetapan bahwa berapapun uang yang ditawarkan penumpangnya tidak akan ditawarnya, tapi langsung diiyakan dan diantar...itulah kebahagiaannya. Kedua, beliau berketetapan bahwa apa-apa yang menjadi makanan bagi keluarganya adalah harus terjamin halalnya, dan beliau akan memastikan hal itu. Itulah jalan hidup yang beliau yakini, dan insya Allah yang menjaga kebarokahan Allah atas hidupnya. Dari beliau kita tersadar, tidak ada alasan bagi hamba yang menjaga Allah untuk takut tidak mendapat barokah hidup berkeluarga dari Allah.
Alhamdulillah Allah memberikan bermacam contoh penjaga-penjagaNya, bermacam status pendidikannya, bermacam kedudukannya, bermacam status sosialnya, bermacam kehidupan ekonominya, bermacam profesinya. Apakah kita masih meragu?

 "Orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165)

Mohon maaf untuk tulisan yang terlalu tajam menggores-gores. Pengalaman yang telah teralami penulis, semoga menjadi buah pelajaran para sahabat semua.

Selamat hidup berbarokah sejak awal bagi yang mensegerakan sunnah ::)