Friday 12 December 2014

Tentang amalan utama

Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata :


سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ : قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)


 Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)


Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara: … ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)


Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua orang tua:
  1. Dikabulkannya doa (sebagaimana kisah yang telah disebutkan).
  2. Sebab dihapuskannya dosa besar.
    Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar. Apakah ada taubat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
  3. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya rezeki.
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)
  4. Barangsiapa yang berbakti kepada bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan barangsiapa yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun akan durhaka pula kepadanya.
    Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata, ‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakt kepada kalian.’”
  5. Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua.
  6. Diterimanya amal.
    Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka amalnya akan diterima. Diterimanya amal akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Kalau aku tahu bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku bersandar kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya Allah menerima amalnya.”

Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”

Thursday 11 December 2014

Tentang kesusahan dalam belajar

Ibn-Al-Qaiym said a very beautiful speech about the importance of
reflection upon the Qur'an, He says:

If you want to contemplate a verse from the Qur'an to bring tranquility upon your heart. If you read that verse for about 100 or 1000 times during the day,is better for him than reading the whole Qur'an without reflecting upon the meanings of its verses.

Because with contemplation, you feel the glory of the Qur'an...


its beauty and joy....


And that this speech is truly the best one....




It is very important to reflect upon the words of Allah SWT



Jika merasa kesulitan dalam mempelajari Al Quran, menghafal Al Qur'an, atau belajar apapun...ikhlaskan kepada Allah maka Allah akan mengajarkannya padamu. Kembalikan pada Allah, minta pada Allah, maka Allah akan mengajarkannya padamu.

Bertaqwalah pada Allah, Allah memberikan pengajaran padamu (QS Al Baqarah : 282) 

Syarat pertama untuk mentadabburi Al Quran.

Jika engkau mencinti Allah SWT, maka kamu harus mendekat kepada kalam-Nya. The lover longs to his beloved (rindu kekasih tercinta). Jika perasaan engkau merasa tertekan, engkau buka Al Quran untuk mencari merasa nyaman. Karena engkau mencintai Allah. Baca kata-katanya, datang mendekat padaNya. Membaca kenaikmatan apa saja yang diberikan kepadamu. Mendengarkan tanda  penciptaan dari Allah.. Yang Maha Agung.. Inilah cinta hakiki

Ibnu Mas'ud: "Jika engkau ingin mengetahui seberapa besar cinta Allah kepadamu, berikan seluruh  keadaanmu dan jiwamu pada Al Qur'an, sehingga jika engkau menemukan cinta kepada Qur'an di dalam hatimu. Ini berarti engkau cinta Allah SWT. 

Karena Al Quran berasal dari Allah, maka agar dapat mentadabburi Al Quran, Engkau harus mencintai Allah SWT. Dengan cinta yang hakiki

Tentang bertaqwa

Hal Yang Dijanjikan Allah Bagi Orang Yang Bertaqwa


1. Diberikan Furqaan Dihapuskan Kesalahannya Diampuni Dosanya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu.
(QS 8 Al-Anfal: 28)

2. Dicintai Allah
".....maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa."
(QS 3 Ali-Imran: 76)

3. Mendapat pahala yang besar
".....jika kamu beriman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar."
(QS 3 Ali-Imran: 179)

4. Diciptakan surga untuk yang bertaqwa
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,
(QS 3 Ali-Imran: 133)

5. Dilindungi dari tipudaya musuh
"Jika kalian bersabar dan bertaqwa, miscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu"
(QS 3 Ali-Imran: 120)

6. Ditolong Allah dalam melawan musuh
"Jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kanu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.
(QS 3 Ali-Imran: 125)

7. Diberikan Jalan Keluar dari Permasalahan
"...,Dan barangsiapa bertaqwa maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar (dari permasalahan yang dihadapinya)"
(QS 65 At-Thalaq: 2)

8. Diberi rizki dari arah yang tidak disangka
",.....dan Dia (Allah) memberinya rizki dari arah yang tidak disangka nya"
(QS 65 At-Thalaq: 3)

9. Dimudahkan urusannya.
",.....Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan dalam urusannya.
(QS 65 At-Thalaq: 4)

10. Dihapus kesalahannya, digandakan pahalanya
",.....Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan menghapuskan segala kesalahannya dan melipatgandakan pahala baginya
(QS 65 At-Thalaq: 5)

11. Dilimpahi berkah dari langit dan bumi
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,..."
(QS 7 Al-A'raf 96)

12. Diberikan pengajaran

"......Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah memberikan pengajaran padamu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu."
(QS 2 Al-Baqarah 282) 

Bahkan golongan ahli kitab pun jika mereka beriman dan bertaqwa akan mendapatkan keistimewaan yang sama:
"Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertaqwa, tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan."
(QS 4 An-Nisa: 65)

Tuesday 9 December 2014

Tentang berbakti

Subhanallah, Begitu Besar Arti Ayah Untuk Pemuda Ini

http://www.kabarmuslimah.com/subhanallah-begitu-besar-arti-ayah-untuk-pemuda-ini/

ayah
Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki hutang, dan pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian mengetuk pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu untuknya. Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata kepadanya,“Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku telah bersabar lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis, sekarang kamu lihat apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?!
Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata mengalir dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi terhina seperti itu.
Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar ayahku?’
Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.”
Berkata sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah, bergembiralah, semua akan beres.”
Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk hari pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih mementingkan ayahanda dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di lemari pakaiannya. Sang anak masuk ke ruangan lantas berkata kepada pemilik hutang, “Ini pembayaran dari hutang ayahku, nilainya 27 ribu Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami lunasi sisanya segera dalam waktu dekat Insya Allah.”
Di saat itulah, sang ayah menangis dan meminta kepada lelaki itu untuk mengembalikan uang itu kepada putranya, karena ia membutuhkannya, dan dia tidak punya dosa dalam hal ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil uangnya. Lalu melepas kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar tidak menagih ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya secara pribadi.
Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium keningnya seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang itu, segala sesuatu akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan usia kita, dan menganugerahi kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya tidak tahan melihat kejadian tadi, seandainya saya memiliki segala tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya akan membayarkan kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh dari kedua mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.”
Lantas sang ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan karena tangisan haru, menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala cita-citamu.”
Pada hari berikutnya, saat sang anak sedang asyik melaksanakan tugas pekerjaannya, salah seorang sahabatnya yang sudah lama tidak dilihatnya datang menziarahinya. Setelah mengucapkan salam dan bertanya tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya,
“Akhi (saudaraku), kemarin, salah seorang manajer perusahaan memintaku untuk mencarikan seorang laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki akhlak mulia yang juga memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak menemukan seorang pun yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu. Maka apa pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?”
Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan, seraya berkata,
“Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla telah mengabulkannya.”
Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa jalla. Pada waktu pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut melihat kecuali dia merasa tenang dan sangat percaya kepadanya, dan berkata,
“Inilah laki-laki yang tengah kucari.”
Lalu dia bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?”
Dia menjawab, “Mendekati 5 ribu Real.”
Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan surat pengunduran dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua kali gaji sebagai tempat dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan untuk memperbaiki keadaanmu.”
Tidaklah pemuda itu mendengarnya, hingga dia menangis sambil berkata, “Bergembiralah wahai ayahku.”
Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya. Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari sebelumnya. Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Adalah hasil dari labanya pada tahun pertama, tidak kurang dari setengah milyar Real Berbakti kepada kedua orang tua adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan bentuk taqarrub kepada Allah azza wa jalla yang teragung.
Dengan berbakti kepada keduanya rahmat-rahmat akan diturunkan, segala kesukaran akan disingkapkan. Dan Allah azza wa jalla telah mengaitkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan tauhid, Allah azza wa jalla berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Israa’. 23]
Di dalam shahihahin, dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim]
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang atas kalian Uwais bin ‘Amir bersama dengan penduduk Yaman dari Murad kemudian dari Qorn. Dulu dia kena penyakit sopak, kemudian sembuh darinya kecuali selebar koin uang dirham. Dia punya seorang ibu yang dulu dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, pastilah akan dipenuhiNya. Maka jika kamu mampu dia beristighfar untukmu, maka lakukanlah.” [HR. Muslim]
Ini pula Hiwah bin Syuraih, dia adalah salah seorang Imam kaum muslimin dan ulama yang terkenal. Dia duduk pada halaqohnya mengajar manusia. Berbagai thalib (penuntut ilmu) datang kepadanya dari segenap tempat untuk mendengar darinya. Maka suatu ketika ibunya berkata kepadanya, saat dia berada di tengah-tengah muridnya, “Berdirilah wahai Hiwah, beri makan ayam.” Maka dia pun berdiri dan meninggalkan kajian.
Ketahuilah wahai saudaraku yang tercinta, bahwasanya termasuk pintu-pintu sorga adalah Babul Walid (Pintu berbakti kepada orang tua). Maka janganlah kehilangan pintu tersebut, bersungguh-sungguhlah dalam menaati kedua orang tuamu. Demi Allah, baktimu terhadap keduanya termasuk diantara sebab-sebab kebahagiaanmu di dunia akhirat.
Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar memberikan taufik kepadaku dan seluruh kaum muslimin untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya. Wallahu a`lam

Tentang ekspresi senyum






Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Shodaqotun

  "Senyummu di hadapan saudaramu sesama muslim adalah (bernilai) sedekah bagimu.”

(HR At Tirmidzi)

Tentang Dakwah

Mari kita renungkan makna dakwah dari seorang Ulama yang syahid karena terjangan peluru:

"Di dunia ini, dari banyaknya jumlah manusia, hanya sedikit saja dari mereka yang sadar.
Dan dari sedikit yang sadar itu, hanya sedikit saja yang berIslam.
Dari mereka yang berIslam, jauh lebih sedikit lagi yang berdakwah.
Dari mereka yang berdakwah, jauh lebih sedikit lagi mereka yang berjuang.
Dari sedikit yang berjuang, jauh lebih sedikit lagi yang bersabar.
dan dari sedikit yang bersabar itu, hanya sedikit saja dari mereka yang sampai akhir perjalanan."

Tentang bercita Amal

Ada sebuah cita diantara sekian cita di tahun 2010. Pada tahun 2014 akan mengajak emak + keluarga naik haji di tahun 2014. Cita itu seperti terlalu membubung tinggi, jika menilik sebuah botol bekas minuman mineral ukuran 1 liter di sudut kamar. 

Botol tersebut mempunyai satu tempat yang sengaja dibuat lubang seukuran uang koin agar nantinya mudah memasukkan uang. Ya, dengan niat menabung untuk berhaji, maka botol itupun mulai terisi sedikit demi sedikit. Hingga bulan Oktober 2014, belumlah terbayang apakah bisa mendaftar untuk naik haji.

Sebelum bulan Oktober tersebut, saya mengikuti pendaftaran untuk program sandwich ke luar negeri. Selain berharap dengan program tersebut dapat menjadi ikhtiyar lulus S3, juga berharap melaluinya Allah mudahkan untuk mendaftar haji. Jika lolos seleksi, nanti saya berazzam akan benar-benar berhemat agar ada sisa uang dari living cost yang bisa dipakai untuk mendaftar haji. Alhamdulillah pada bulan Oktober diumumkan bahwa saya lolos seleksi. Sepertinya akan ada jalan untuk mendaftar haji setelah proses sandwich saya selesai April 2015. Walaupun sampai awal Desember ini pun belum juga ditangan uang untuk berangkat ke Australia.

Ternyata Allah berkehendak lain. Pada awal November ibu mertua berkata kepada saya,"Mas ini ada uang 50 jt, pakailah untuk mendaftar haji, sisa uang pendaftarannya bisa dipakai untuk bekal haji atau keperluan mendesak lainnya. Nanti ibu transfer, dan ibu minta no rekeningnya." Mendengar hal tersebut awalnya saya sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Bersyukur pada Allah azza wa jalla, dan segera menindak lanjuti amanah tersebut dengan membuat tabungan haji. Itu yang terpikir dalam benak.

Hal keduanya, tentang cita untuk ngajak emak. Bersama istri, kami diskusikn bagaimana cara agar emak bisa sekalian daftar. Jika menilik dana yang ada maka memakai skema dana talangan haji merupakan solusi yang paling memungkinkan. Dengan menyetorkan 4,5 juta, nomer antrian haji insya Allah sudah ditangan. Kekurangan untuk menggenapi 25 juta dapat dilunasi dalam rentang satu tahun. Bayangan saya paling tidak nanti sisa uang ke Australia dapat dimanfaatkan untuk menutup kekurangan uang haji emak. 

Ternyata Allah kembali merubah rencana manusia yang lemah tersebut. Saat saya berada di luar kota, istri telpon di pagi hari. "Mas, nanti saya mau antar emak untuk daftar haji, sudah ada 4,5 juta dari adik yang di Kalimantan bisa untuk daftar dana talangan haji."  Telpon kedua di hari itu dari istri yang kemudian membuat saya tertegun merenungkan makna QS 53:48. "Mas tadi emak tidak jadi daftar yang dana talangan haji, tapi daftar yang tabungan haji. Saya ambil tabungan saya 20 juta untuk melunasi kekurangannya." Sampai di sini saya kembali bersyukur dan berdoa bahwa apa yang telah disedeqahkan akan mendapat balasan dan tergantikan menjadi berlipat-lipat. 

"Wahai Hakim, sesungguhnya harta benda ini kelihatan hijau dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan cara yang baik, maka ia akan diberkahi. Dan barang siapa mengambilnya dengan berlebihan, maka ia tidak akan diberkahi, yaitu seperti orang yang makan dan tak pernah kenyang." (HR Bukhari-Muslim)

Terinsyafi oleh kami, tersebab sekecil apapun niat berkebaikan yang diilhamkan Allah, maka akan ada seluas-luas dan sebanyak-banyak jalan pula akan dibentangkan Allah untuk mewujudkannya.

Tentang Ikhtiyar sepenuh Iman

Tiga hal yang tidak boleh dilupakan saat menjemput rizqi. Tiga hal tersebut tidak  sesederhana seperti saat menuliskannya, karena pelaksanaannya membutuhkan mujahadah yang sangat:
  1. Mengihsankan amal
  2. Menyempurnakan ikhtiyar
  3. Bertawakal kepada Allah dengan sepenuh iman

Maka selanjutnya Allah yang Maha Mengatur tak pernah keliru dan tak pernah aniaya untuk memberikan rizqi pada tempat terbaik, di waktu terbaik dan dengan cara terbaik.

Maka setelah rizqi mewujud, hati merasa cukup dan rela atas bagian yang ada dalam genggaman. Meski yang digenggam seadanya terlihat oleh makhluk. Namun yang seadanya jika diulurkan oleh Rabb Yang Maha Mulia maka akan mencukupi dan meruah berkah. Rasa syukurpun terlisankan, termanfaatkan rizqi dalam ketaatan dengan seluas-luas jangkauannya.

Maka kekayaan yang sebenarnya akan menetap tentram dalam hati, hati yang bertambah-tambah peka atas nikmat yang ada. Adalah menjadi karunia tak terhingga bagi insan yang bertaqwa.

Tentang dikayakan dan dicukupkan




Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan (QS An Najm [53]: 48)

وعن حكيم بن حزام رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن النبي  قال: (اليد العليا خير من اليد السفلى، وابدأ بمن تعول، وخير الصدقة عن ظهر غنىً، ومن يستعفف يعفه اللَّه، ومن يستغن يغنه اللَّه) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Hakim bin Hizam ra mengatakan bahwa Nabi sholallahu alaihi wassalam mengatakan bahwa nabi bersabda,"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu, dan sebaik-baiknya sedekah adalah selebihnya dari kebutuhan. Barang siapa yang berusaha menjaga diri, niscaya Allah memelihara dirinya. barang siapa yang memohon kekayaan kepada Allah, niscaya Allah menjadikannya kaya (berkecukupan)." (Muttafaq 'alaih, HR Bukhari,714)

Hadits riwayat Imam Al-Hakim dari Ma’qal bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tuhan kalian berkata, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah kepadaKu sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam!, jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan" 

[Al-Mustadrak ‘Alash Shahihaian, Kitabur Riqaq, 4/326. Imam Al-Hakim berkata, ‘Sanad hadits ini shahih, tetapi Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya’. (Op.cit, 4/326). Dan hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi. Lihat, At-Talkhish, 4/326. Syaikh Al-Albani berkata, Tentang hadits ini, memang seperti yang dikatakan oleh keduanya [Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah,no. 1359, 3/47]

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, yang berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang janji Allah, yang tak satu pun lebih memenuhi janji daripadaNya, berapa dua jenis pahala bagi orang yang benar-benar beribadah kepada Allah sepenuhnya. Yaitu, Allah pasti memenuhi hatinya dengan kekayaan dan kedua tangannya dengan rizki.

Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan akan ancaman Allah kepada orang yang menjauhiNya dengan dua jenis siksa. Yaitu Allah pasti memenuhi hatinya dengan kefakiran dan kedua tangannya dengan kesibukan.

Dan semua mengetahui, siapa yang hatinya dikayakan oleh Yang Maha Memberi kekayaan, niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan selama-lamanya. Dan siapa yang kedua tangannya dipenuhi rizki oleh Yang Maha Memberi rizki dan Mahaperkasa, niscaya ia tidak akan pernah pailit selama-lamanya. Sebaliknya, siapa yang hatinya dipenuhi dengan kefakiran oleh Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan, niscaya tak seorangpun mampu membuatnya kaya. Dan siapa yang disibukkan oleh Yang Mahaperkasa dan Maha Memaksa, niscaya tak seorangpun yang mampu memberinya waktu luang.

[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Syaikh Dr Fadhli llahi, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah hal 36-40, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Thursday 4 December 2014

Tentang patuhnya anak

Sebagai syarat utama yang harus dipunyai orang tua, agar anak-anak patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tuanya yaitu tertampaknya keimanan dan ketaqwaan dari orang tuanya. Bukan tampak dalam arti lahiriyah saja, namun dalam kehidupan dalam satu atap itu dampak iman dan taqwanya terasakan oleh anak-anak. Sebenarnya akibat dari iman dan taqwanya seseorang, tidak hanya dirasakan oleh anak, juga oleh orang-orang lain disekitar kita. Istri maupun suami akan bertambah sakinah dengan sendirinya jika pada pasangannya terdapat keimanan yang sehat dan bertumbuh. Pada lain halaman akan bersama kita bahas lebih detail hal ini.

Syarat kedua yang harus dipunyai oleh orang tua adalah perkataan yang benar (qaulan sadiida, QS 4:9). Buah dari adanya keimanan dan ketaqwaan salah satunya keterjagaan anggota tubuh yang bernama mulut, untuk senantiasa berkata yang benar saja. Tanpa iman dan taqwa, niscaya kata-kata yang keluar tiada filter sebelum terucap.

Syarat ketiga adalah adanya suri tauladan (Al Qudwah) dari orang tuanya sendiri sebelum si anak diperintahkan suatu hal yang ingin dilakukan oleh sang anak. Bahkan kalau perlu membersamai anak dalam melakukan perintah kebaikan. Itu jika sebelumnya ortu belum bisa memberikan contoh kepada anak.

Syarat ke 4 adanya ketaklukan hati (ketundukan hati, At Taqlif) terlebih dahulu dari sang anak terhadap orang tuanya. Tiada lain hanya pada Allah kita meminta agar ada ketundukan hati ini. Karena kuasa membolak-balik hati hanya ada pada Rabb semesta alam. Ini sangat erat terkait dengan yang namanya Doa. Tiada boleh berhenti orang tua dari mendoakan keadaan terbaik bagi anaknya, walaupun saat itu si anak terlihat ebagai seorang anak yang baik, berbakti pada orang tua. Apalagi jika menjumpai anak-anak dalam keadaan yang tidak sesuai harapan, maka doa-doa tersebut tidak boleh bosan untuk sennatiasa dipanjatkan.

Syarat kelima adanya perhatian orang tua kepada anaknya di saat-saat terbaik keadaan si anak. Lebih banyak gerutuan anak saat disuruh suatu kebaikan oleh orang tuanya, karena si anak merasa terus menerus dieksploitasi. Hanya dipanggil saat dibutuhkan, tetapi orang tua tidak hadir saat anak membutuhkan. Anak-anak yang cenderung meminta perhatian lebih pada orang tuanya, biasanya memang kurang diperhatikan dan dibersamai dalam kesehariannya. Ada waktu yang hilang disaat terpenting dalam usia anak-anaknya. Sebanarnya nantipun saat remaja anak sudah tidak terlalu bergantung dan minta perhatian orang tua, adalah efek dari cukupnya perhatian orang tua saat masa kecil sang anak.


Lebih menarik dan seru jika kita ikut mengisi kuis berikut, untuk melihat kedekatan ortu dan anak:
  1. Berapa waktu yang anda alokasikan pada anak dalam satu hari?
  2. Untuk bapak, Apakah anda pernah mempunyai momen tidak terlupakan bersama anak saat anak berusia dibawah 2 tahun?
  3. Untuk ortu, Apakah anda mempunyai perlakuan terhadap anak anda sejak masih dalam kandungan?
  4. Untuk ortu, Apakah anda mempunyai perlakuan terhadap anak anda sejak umur 0 sd 1 th?
  5. Apakah aktivitas anda kepada anak dalam memberi lebih banyak dari pada aktivitas anda menerima ? ataukah seimbang? dalam satu hari.
  6. Apakah saat anak anda memasuki usia baligh anda mengetahui dan memberi informasi yang cukup terkait memasuki usia baligh?
  7. Jika anak anda sudah boleh untuk keluar rumah, pada umur berapakah anda mengijinkan anak hidup mandiri diluar rumah (pesantren, asrama, kost-kostan dll)
  8. Apakah anda sering bercerita tentang visi dan misi anda kepada anak? berapa kali dalam 1 bulan
  9. Apakah anda sering berdiskusi tentang visi dan misi yang anda ingin anak anda lakukan? berapa kali dalam 1 bulan
  10. Apakah anda sering pergi jalan jalan keluar untuk bersantai bersama anak? Berapa kali dalam 1 bulan
  11. Apakah saat anda keluar rumah untuk bekerja atau dinas keluar kota, anda diiringi sampai didepan pintu? oleh anak, istri/suami?