Saturday 4 May 2013

Turun Mesin

Tentang turun mesin:

Sebagai mahasiswa, terlalu bersemangat sekali dengan kerja marathon dan lembur, menyongsong pekerjaan yang datang terkadang akan membahagiakan, dan terkadang akan menyengsarakan. Bahagia karena itu bermotif masa depan kelulusan. Menyengsarakan jika tidak bisa menakar daya tubuh yang menyokongnya. Pengalaman saya contohnya.

Sudah satu minggu ini sinyal-sinyal keringkihan badan ini menanggung beban kerjaan sudah mulai berdatangan.Dari satu titik kecil di bibir, ternyata semakin hari semakin bertambah melebar. Kesalahan sayalah yang mengabaikan isyarat tubuh, sehingga di hari ketujuh itu sensasi sakit di bibir sudah luar biasa. Buat berwudlu perihnya minta ampun, buat makanpun hilang sudah rasa para lauk pauk itu di dalam mulut. Disaat puncak sakit itu kembali kesadaran diri mulai mengumpul satu persatu. Apakah ini karena kurang vitamin C? Maka gelontoran tablet hisab vitamin C mulai masuk raga, ditambah satu dua gelas jus jambu merah setia menemani saat makan siang. Ditunggu dua tiga hari, ternyata masih juga belum mereda juga. Sampai akhirnya muncul ide untuk “turun mesin” dulu seharian (benar benar mengistirahatkan sang tubuh), mungkin akan ada hasilnya.

Sehari kemudian, saya benar-benar menjalankan ide tersebut. Ambil dan baca satu dua buku dari guru-guru saya, menikmati aliran indah pilihan kata-kata mereka, hanyutkan diri dalam arus pola pikir mereka, nikmati saja perjalanannya dibawa berkelok, naik, turun, berdebar, bersemangat, merenung, sampai menangis..nikmat sekali (hehe..seandainya baca jurnal senikmat ini, dengan sebaris rumus mampu bertutur dengan jujur, semoga sampai juga nanti pada waktunya). Hari turun mesin itu masih berlanjut, dengan jalan-jalan datangi pameran buku, cari-cari buku yang memang selama ini sudah diburu namun tidak ada di toko buku, dan mungkin karena Allah juga, malah bisa ketemu dengan beberapa buku itu, hehe..walau artinya di beberapa hari kedepan harus mengencangkan ikat pinggang agar survive sampai bulan depan...benar-benar seharian tidak berfikir dan bekerja sebagaimana mustinya seorang mahasiswa...ini arti turun mesin sesungguhnya untuk diri saya.

Keesokan harinya keajaiban itupun datang, saat berkumur rasa perih yang mendera ternyata sudah sangat jauh berkurang daya sengatnya. Walau terlihat di kaca masih ada lingkaran besar, sumber kesakitan selama ini, namun kini terlihat telah berubah warna mendekati warna kesembuhan. Alhamdulillah. Satu hal yang pantas disyukuri atas sakit ini, bahwa Allah sangat bertahap memberikan sakit, peka atau tidaknya saya yang akan menentukan hasil akhir dari sinyal Allah tersebut. Apakah akan semakin parah, ataukah menjadi sembuh dengan ikhtiyar sedini mungkin.
Sibuk memikirkan dan mengerjakan proyek masa depan, terkadang menjadikan hal-hal di sekitarnya, di masa kini, di saat ini, menjadi terabaikan. Padahal hal-hal yang menyekitari itu, yang terjadi di hari ini kalau sukses dilewati akan menjadi salah satu penentu keberasaan atas sukses yang teraih di masa depan. Itupun kalau dianggap sukses, karena boleh jadi capaian dimasa depan itu akan tiba-tiba hambar saat kesalahan-kesalahan di masa lalunya tidak tertebus lagi pada saatnya.

Saat anak-anak butuh orang tuanya dimasa bertumbuhnya namun saat itu orang tua abai bahkan menghardik dengan alasan kesibukan untuk keberjayaan masa depan keluarga. Ketika tiba saatnya orang tua ingin merayakan atas nama keberjayaan keluarga, ternyata anak-anak sudah abai terhadap orang tuanya. Kalaupun anak2 tidak abai, ternyata kekalahan kita karena hilang dan berlalunya sang waktu dalam membersamai pertumbuhan mereka. Diwaktu anak-anak sedang lucu-lucunya, diwaktu anak-anak sedang hobi bercanda riang, diwaktu anak-anak minta perhatian, diwaktu anak-anak minta dibantu bikin PR, diwaktu anak-anak gemar bercerita tentang kejadian seharian disekolahnya. Itulah waktu anak-anak minta jiwa dan hati orang tuanya tuk membersamainya, dan itu tidak dapat diminta kembali. Tentu saja tidak membabi buta menjadi anak sentris, namun kesemuanya ada takarannya, dan anakpun paham hal itu.
Yang juga banyak ditemui..Sesal saat dipuncak karier atau bahkan sebelum mencapai puncak ternyata kesehatan sudah menurun drastis, makan serba dibatasi, belum biaya berobatnya, kembali lagi karena abai tentang hak tubuh di waktu muda dan sehat. Bisa jadi keberhasilan disatu sisi terkait rencana yang telah terprogram di masa lalu, mengandung cacat karena membawa kekalahan di sisi lainnya.

Apa yang melekat dan ada disekitar kita di hari ini yang seyogyanya juga kita perhatikan dengan setulus perasaan dan sebaik amal perbuatan. Harapannya nanti di depan sana, pada waktunya, tidak akan kita sesali. Teringat sabdaNya, hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.

Friday 3 May 2013

Mata itu

Tentang hari ini:

Mata itu,

Belum ada jenis mata sekualitas itu...

dalam sedalam palung terdalam dalam luas samudera...terlalu tenang,Teduh, Bahkan wujudnya arus besar nan kuat di dasarnya seperti tdak mengubah apapun bentuk dipermukaannya, Andai kan datang badaipun hanya akan buat riak kecil saja, Bahkan itupun masih jauh dari batas tepi samuderanya. dan riak itu akhirnya hilang karena waktu dan jarak jualah. 
nyatalah, Badai sebesar apapun takkan sanggup mengaduknya, Tertekuk saja, Didepan luas dan teduhmu. terserap apa saja dalam keteduhanmu. 
mata itu, Juga diam dan membasah..sebentuk samudera dalam wujud mata, Luas dan dalam adalah karuniaNya. 
siapapun dalam tatapnya, Walau tak ada sedetikpun telah terjumpa, Terasakan sebagai orang yang telah lama ia tunggu. bukan sebagai orang asing, Tapi sebagai orang yang telah dikenalnya.

Mata itu, 
Belum ada jenis mata sekualitas itu...

(Jumat, 3 Mei 2013, Jazakallah khoyr kepada semua guruku)