Tentang turun mesin:
Sebagai mahasiswa, terlalu bersemangat sekali dengan kerja marathon dan
lembur, menyongsong pekerjaan yang datang terkadang akan membahagiakan,
dan terkadang akan menyengsarakan. Bahagia karena itu bermotif masa
depan kelulusan. Menyengsarakan jika tidak bisa menakar daya tubuh yang
menyokongnya. Pengalaman saya contohnya.
Sudah satu minggu ini
sinyal-sinyal keringkihan badan ini menanggung beban kerjaan sudah mulai
berdatangan.Dari satu titik kecil di bibir, ternyata semakin hari
semakin bertambah melebar. Kesalahan sayalah yang mengabaikan isyarat
tubuh, sehingga di hari ketujuh itu sensasi sakit di bibir sudah luar
biasa. Buat berwudlu perihnya minta ampun, buat makanpun hilang sudah
rasa para lauk pauk itu di dalam mulut. Disaat puncak sakit itu kembali
kesadaran diri mulai mengumpul satu persatu. Apakah ini karena kurang
vitamin C? Maka gelontoran tablet hisab vitamin C mulai masuk raga,
ditambah satu dua gelas jus jambu merah setia menemani saat makan siang.
Ditunggu dua tiga hari, ternyata masih juga belum mereda juga. Sampai
akhirnya muncul ide untuk “turun mesin” dulu seharian (benar benar
mengistirahatkan sang tubuh), mungkin akan ada hasilnya.
Sehari kemudian, saya benar-benar menjalankan ide tersebut. Ambil dan
baca satu dua buku dari guru-guru saya, menikmati aliran indah pilihan
kata-kata mereka, hanyutkan diri dalam arus pola pikir mereka, nikmati
saja perjalanannya dibawa berkelok, naik, turun, berdebar, bersemangat,
merenung, sampai menangis..nikmat sekali (hehe..seandainya baca jurnal
senikmat ini, dengan sebaris rumus mampu bertutur dengan jujur, semoga
sampai juga nanti pada waktunya). Hari turun mesin itu masih berlanjut,
dengan jalan-jalan datangi pameran buku, cari-cari buku yang memang
selama ini sudah diburu namun tidak ada di toko buku, dan mungkin karena
Allah juga, malah bisa ketemu dengan beberapa buku itu, hehe..walau
artinya di beberapa hari kedepan harus mengencangkan ikat pinggang agar
survive sampai bulan depan...benar-benar seharian tidak berfikir dan
bekerja sebagaimana mustinya seorang mahasiswa...ini arti turun mesin
sesungguhnya untuk diri saya.
Keesokan harinya keajaiban
itupun datang, saat berkumur rasa perih yang mendera ternyata sudah
sangat jauh berkurang daya sengatnya. Walau terlihat di kaca masih ada
lingkaran besar, sumber kesakitan selama ini, namun kini terlihat telah
berubah warna mendekati warna kesembuhan. Alhamdulillah. Satu hal yang
pantas disyukuri atas sakit ini, bahwa Allah sangat bertahap memberikan
sakit, peka atau tidaknya saya yang akan menentukan hasil akhir dari
sinyal Allah tersebut. Apakah akan semakin parah, ataukah menjadi sembuh
dengan ikhtiyar sedini mungkin.
Sibuk memikirkan dan mengerjakan
proyek masa depan, terkadang menjadikan hal-hal di sekitarnya, di masa
kini, di saat ini, menjadi terabaikan. Padahal hal-hal yang menyekitari
itu, yang terjadi di hari ini kalau sukses dilewati akan menjadi salah
satu penentu keberasaan atas sukses yang teraih di masa depan. Itupun
kalau dianggap sukses, karena boleh jadi capaian dimasa depan itu akan
tiba-tiba hambar saat kesalahan-kesalahan di masa lalunya tidak tertebus
lagi pada saatnya.
Saat anak-anak butuh orang tuanya dimasa
bertumbuhnya namun saat itu orang tua abai bahkan menghardik dengan
alasan kesibukan untuk keberjayaan masa depan keluarga. Ketika tiba
saatnya orang tua ingin merayakan atas nama keberjayaan keluarga,
ternyata anak-anak sudah abai terhadap orang tuanya. Kalaupun anak2
tidak abai, ternyata kekalahan kita karena hilang dan berlalunya sang
waktu dalam membersamai pertumbuhan mereka. Diwaktu anak-anak sedang
lucu-lucunya, diwaktu anak-anak sedang hobi bercanda riang, diwaktu
anak-anak minta perhatian, diwaktu anak-anak minta dibantu bikin PR,
diwaktu anak-anak gemar bercerita tentang kejadian seharian
disekolahnya. Itulah waktu anak-anak minta jiwa dan hati orang tuanya
tuk membersamainya, dan itu tidak dapat diminta kembali. Tentu saja
tidak membabi buta menjadi anak sentris, namun kesemuanya ada
takarannya, dan anakpun paham hal itu.
Yang juga banyak
ditemui..Sesal saat dipuncak karier atau bahkan sebelum mencapai puncak
ternyata kesehatan sudah menurun drastis, makan serba dibatasi, belum
biaya berobatnya, kembali lagi karena abai tentang hak tubuh di waktu
muda dan sehat. Bisa jadi keberhasilan disatu sisi terkait rencana yang
telah terprogram di masa lalu, mengandung cacat karena membawa kekalahan
di sisi lainnya.
Apa yang melekat dan ada disekitar kita di
hari ini yang seyogyanya juga kita perhatikan dengan setulus perasaan
dan sebaik amal perbuatan. Harapannya nanti di depan sana, pada
waktunya, tidak akan kita sesali. Teringat sabdaNya, hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.
Tentang hari ini:
Mata itu,
Belum ada jenis mata sekualitas itu...
dalam sedalam palung terdalam dalam luas samudera...terlalu tenang,Teduh, Bahkan wujudnya arus besar nan kuat di dasarnya seperti tdak
mengubah apapun bentuk dipermukaannya, Andai kan datang badaipun hanya
akan buat riak kecil saja, Bahkan itupun masih jauh dari batas tepi
samuderanya. dan riak itu akhirnya hilang karena waktu dan jarak jualah.
nyatalah, Badai sebesar apapun takkan sanggup mengaduknya, Tertekuk
saja, Didepan luas dan teduhmu. terserap apa saja dalam keteduhanmu.
mata itu, Juga diam dan membasah..sebentuk samudera dalam wujud mata, Luas dan dalam adalah karuniaNya.
siapapun dalam tatapnya, Walau tak ada sedetikpun telah terjumpa, Terasakan sebagai orang yang telah lama ia tunggu. bukan sebagai orang
asing, Tapi sebagai orang yang telah dikenalnya.
Mata itu,
Belum ada jenis mata sekualitas itu...
(Jumat, 3 Mei 2013, Jazakallah khoyr kepada semua guruku)