Friday 12 December 2014

Tentang amalan utama

Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata :


سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ : قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)


 Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)


Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara: … ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)


Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua orang tua:
  1. Dikabulkannya doa (sebagaimana kisah yang telah disebutkan).
  2. Sebab dihapuskannya dosa besar.
    Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar. Apakah ada taubat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
  3. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya rezeki.
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)
  4. Barangsiapa yang berbakti kepada bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan barangsiapa yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun akan durhaka pula kepadanya.
    Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata, ‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakt kepada kalian.’”
  5. Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua.
  6. Diterimanya amal.
    Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka amalnya akan diterima. Diterimanya amal akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Kalau aku tahu bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku bersandar kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya Allah menerima amalnya.”

Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”

Thursday 11 December 2014

Tentang kesusahan dalam belajar

Ibn-Al-Qaiym said a very beautiful speech about the importance of
reflection upon the Qur'an, He says:

If you want to contemplate a verse from the Qur'an to bring tranquility upon your heart. If you read that verse for about 100 or 1000 times during the day,is better for him than reading the whole Qur'an without reflecting upon the meanings of its verses.

Because with contemplation, you feel the glory of the Qur'an...


its beauty and joy....


And that this speech is truly the best one....




It is very important to reflect upon the words of Allah SWT



Jika merasa kesulitan dalam mempelajari Al Quran, menghafal Al Qur'an, atau belajar apapun...ikhlaskan kepada Allah maka Allah akan mengajarkannya padamu. Kembalikan pada Allah, minta pada Allah, maka Allah akan mengajarkannya padamu.

Bertaqwalah pada Allah, Allah memberikan pengajaran padamu (QS Al Baqarah : 282) 

Syarat pertama untuk mentadabburi Al Quran.

Jika engkau mencinti Allah SWT, maka kamu harus mendekat kepada kalam-Nya. The lover longs to his beloved (rindu kekasih tercinta). Jika perasaan engkau merasa tertekan, engkau buka Al Quran untuk mencari merasa nyaman. Karena engkau mencintai Allah. Baca kata-katanya, datang mendekat padaNya. Membaca kenaikmatan apa saja yang diberikan kepadamu. Mendengarkan tanda  penciptaan dari Allah.. Yang Maha Agung.. Inilah cinta hakiki

Ibnu Mas'ud: "Jika engkau ingin mengetahui seberapa besar cinta Allah kepadamu, berikan seluruh  keadaanmu dan jiwamu pada Al Qur'an, sehingga jika engkau menemukan cinta kepada Qur'an di dalam hatimu. Ini berarti engkau cinta Allah SWT. 

Karena Al Quran berasal dari Allah, maka agar dapat mentadabburi Al Quran, Engkau harus mencintai Allah SWT. Dengan cinta yang hakiki

Tentang bertaqwa

Hal Yang Dijanjikan Allah Bagi Orang Yang Bertaqwa


1. Diberikan Furqaan Dihapuskan Kesalahannya Diampuni Dosanya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu.
(QS 8 Al-Anfal: 28)

2. Dicintai Allah
".....maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa."
(QS 3 Ali-Imran: 76)

3. Mendapat pahala yang besar
".....jika kamu beriman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar."
(QS 3 Ali-Imran: 179)

4. Diciptakan surga untuk yang bertaqwa
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,
(QS 3 Ali-Imran: 133)

5. Dilindungi dari tipudaya musuh
"Jika kalian bersabar dan bertaqwa, miscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu"
(QS 3 Ali-Imran: 120)

6. Ditolong Allah dalam melawan musuh
"Jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kanu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.
(QS 3 Ali-Imran: 125)

7. Diberikan Jalan Keluar dari Permasalahan
"...,Dan barangsiapa bertaqwa maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar (dari permasalahan yang dihadapinya)"
(QS 65 At-Thalaq: 2)

8. Diberi rizki dari arah yang tidak disangka
",.....dan Dia (Allah) memberinya rizki dari arah yang tidak disangka nya"
(QS 65 At-Thalaq: 3)

9. Dimudahkan urusannya.
",.....Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan dalam urusannya.
(QS 65 At-Thalaq: 4)

10. Dihapus kesalahannya, digandakan pahalanya
",.....Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan menghapuskan segala kesalahannya dan melipatgandakan pahala baginya
(QS 65 At-Thalaq: 5)

11. Dilimpahi berkah dari langit dan bumi
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,..."
(QS 7 Al-A'raf 96)

12. Diberikan pengajaran

"......Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah memberikan pengajaran padamu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu."
(QS 2 Al-Baqarah 282) 

Bahkan golongan ahli kitab pun jika mereka beriman dan bertaqwa akan mendapatkan keistimewaan yang sama:
"Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertaqwa, tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan."
(QS 4 An-Nisa: 65)

Tuesday 9 December 2014

Tentang berbakti

Subhanallah, Begitu Besar Arti Ayah Untuk Pemuda Ini

http://www.kabarmuslimah.com/subhanallah-begitu-besar-arti-ayah-untuk-pemuda-ini/

ayah
Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki hutang, dan pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian mengetuk pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu untuknya. Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata kepadanya,“Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku telah bersabar lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis, sekarang kamu lihat apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?!
Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata mengalir dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi terhina seperti itu.
Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar ayahku?’
Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.”
Berkata sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah, bergembiralah, semua akan beres.”
Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk hari pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih mementingkan ayahanda dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di lemari pakaiannya. Sang anak masuk ke ruangan lantas berkata kepada pemilik hutang, “Ini pembayaran dari hutang ayahku, nilainya 27 ribu Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami lunasi sisanya segera dalam waktu dekat Insya Allah.”
Di saat itulah, sang ayah menangis dan meminta kepada lelaki itu untuk mengembalikan uang itu kepada putranya, karena ia membutuhkannya, dan dia tidak punya dosa dalam hal ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil uangnya. Lalu melepas kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar tidak menagih ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya secara pribadi.
Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium keningnya seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang itu, segala sesuatu akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan usia kita, dan menganugerahi kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya tidak tahan melihat kejadian tadi, seandainya saya memiliki segala tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya akan membayarkan kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh dari kedua mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.”
Lantas sang ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan karena tangisan haru, menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala cita-citamu.”
Pada hari berikutnya, saat sang anak sedang asyik melaksanakan tugas pekerjaannya, salah seorang sahabatnya yang sudah lama tidak dilihatnya datang menziarahinya. Setelah mengucapkan salam dan bertanya tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya,
“Akhi (saudaraku), kemarin, salah seorang manajer perusahaan memintaku untuk mencarikan seorang laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki akhlak mulia yang juga memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak menemukan seorang pun yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu. Maka apa pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?”
Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan, seraya berkata,
“Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla telah mengabulkannya.”
Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa jalla. Pada waktu pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut melihat kecuali dia merasa tenang dan sangat percaya kepadanya, dan berkata,
“Inilah laki-laki yang tengah kucari.”
Lalu dia bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?”
Dia menjawab, “Mendekati 5 ribu Real.”
Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan surat pengunduran dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua kali gaji sebagai tempat dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan untuk memperbaiki keadaanmu.”
Tidaklah pemuda itu mendengarnya, hingga dia menangis sambil berkata, “Bergembiralah wahai ayahku.”
Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya. Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari sebelumnya. Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Adalah hasil dari labanya pada tahun pertama, tidak kurang dari setengah milyar Real Berbakti kepada kedua orang tua adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan bentuk taqarrub kepada Allah azza wa jalla yang teragung.
Dengan berbakti kepada keduanya rahmat-rahmat akan diturunkan, segala kesukaran akan disingkapkan. Dan Allah azza wa jalla telah mengaitkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan tauhid, Allah azza wa jalla berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Israa’. 23]
Di dalam shahihahin, dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim]
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang atas kalian Uwais bin ‘Amir bersama dengan penduduk Yaman dari Murad kemudian dari Qorn. Dulu dia kena penyakit sopak, kemudian sembuh darinya kecuali selebar koin uang dirham. Dia punya seorang ibu yang dulu dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, pastilah akan dipenuhiNya. Maka jika kamu mampu dia beristighfar untukmu, maka lakukanlah.” [HR. Muslim]
Ini pula Hiwah bin Syuraih, dia adalah salah seorang Imam kaum muslimin dan ulama yang terkenal. Dia duduk pada halaqohnya mengajar manusia. Berbagai thalib (penuntut ilmu) datang kepadanya dari segenap tempat untuk mendengar darinya. Maka suatu ketika ibunya berkata kepadanya, saat dia berada di tengah-tengah muridnya, “Berdirilah wahai Hiwah, beri makan ayam.” Maka dia pun berdiri dan meninggalkan kajian.
Ketahuilah wahai saudaraku yang tercinta, bahwasanya termasuk pintu-pintu sorga adalah Babul Walid (Pintu berbakti kepada orang tua). Maka janganlah kehilangan pintu tersebut, bersungguh-sungguhlah dalam menaati kedua orang tuamu. Demi Allah, baktimu terhadap keduanya termasuk diantara sebab-sebab kebahagiaanmu di dunia akhirat.
Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar memberikan taufik kepadaku dan seluruh kaum muslimin untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya. Wallahu a`lam

Tentang ekspresi senyum






Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Shodaqotun

  "Senyummu di hadapan saudaramu sesama muslim adalah (bernilai) sedekah bagimu.”

(HR At Tirmidzi)

Tentang Dakwah

Mari kita renungkan makna dakwah dari seorang Ulama yang syahid karena terjangan peluru:

"Di dunia ini, dari banyaknya jumlah manusia, hanya sedikit saja dari mereka yang sadar.
Dan dari sedikit yang sadar itu, hanya sedikit saja yang berIslam.
Dari mereka yang berIslam, jauh lebih sedikit lagi yang berdakwah.
Dari mereka yang berdakwah, jauh lebih sedikit lagi mereka yang berjuang.
Dari sedikit yang berjuang, jauh lebih sedikit lagi yang bersabar.
dan dari sedikit yang bersabar itu, hanya sedikit saja dari mereka yang sampai akhir perjalanan."

Tentang bercita Amal

Ada sebuah cita diantara sekian cita di tahun 2010. Pada tahun 2014 akan mengajak emak + keluarga naik haji di tahun 2014. Cita itu seperti terlalu membubung tinggi, jika menilik sebuah botol bekas minuman mineral ukuran 1 liter di sudut kamar. 

Botol tersebut mempunyai satu tempat yang sengaja dibuat lubang seukuran uang koin agar nantinya mudah memasukkan uang. Ya, dengan niat menabung untuk berhaji, maka botol itupun mulai terisi sedikit demi sedikit. Hingga bulan Oktober 2014, belumlah terbayang apakah bisa mendaftar untuk naik haji.

Sebelum bulan Oktober tersebut, saya mengikuti pendaftaran untuk program sandwich ke luar negeri. Selain berharap dengan program tersebut dapat menjadi ikhtiyar lulus S3, juga berharap melaluinya Allah mudahkan untuk mendaftar haji. Jika lolos seleksi, nanti saya berazzam akan benar-benar berhemat agar ada sisa uang dari living cost yang bisa dipakai untuk mendaftar haji. Alhamdulillah pada bulan Oktober diumumkan bahwa saya lolos seleksi. Sepertinya akan ada jalan untuk mendaftar haji setelah proses sandwich saya selesai April 2015. Walaupun sampai awal Desember ini pun belum juga ditangan uang untuk berangkat ke Australia.

Ternyata Allah berkehendak lain. Pada awal November ibu mertua berkata kepada saya,"Mas ini ada uang 50 jt, pakailah untuk mendaftar haji, sisa uang pendaftarannya bisa dipakai untuk bekal haji atau keperluan mendesak lainnya. Nanti ibu transfer, dan ibu minta no rekeningnya." Mendengar hal tersebut awalnya saya sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Bersyukur pada Allah azza wa jalla, dan segera menindak lanjuti amanah tersebut dengan membuat tabungan haji. Itu yang terpikir dalam benak.

Hal keduanya, tentang cita untuk ngajak emak. Bersama istri, kami diskusikn bagaimana cara agar emak bisa sekalian daftar. Jika menilik dana yang ada maka memakai skema dana talangan haji merupakan solusi yang paling memungkinkan. Dengan menyetorkan 4,5 juta, nomer antrian haji insya Allah sudah ditangan. Kekurangan untuk menggenapi 25 juta dapat dilunasi dalam rentang satu tahun. Bayangan saya paling tidak nanti sisa uang ke Australia dapat dimanfaatkan untuk menutup kekurangan uang haji emak. 

Ternyata Allah kembali merubah rencana manusia yang lemah tersebut. Saat saya berada di luar kota, istri telpon di pagi hari. "Mas, nanti saya mau antar emak untuk daftar haji, sudah ada 4,5 juta dari adik yang di Kalimantan bisa untuk daftar dana talangan haji."  Telpon kedua di hari itu dari istri yang kemudian membuat saya tertegun merenungkan makna QS 53:48. "Mas tadi emak tidak jadi daftar yang dana talangan haji, tapi daftar yang tabungan haji. Saya ambil tabungan saya 20 juta untuk melunasi kekurangannya." Sampai di sini saya kembali bersyukur dan berdoa bahwa apa yang telah disedeqahkan akan mendapat balasan dan tergantikan menjadi berlipat-lipat. 

"Wahai Hakim, sesungguhnya harta benda ini kelihatan hijau dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan cara yang baik, maka ia akan diberkahi. Dan barang siapa mengambilnya dengan berlebihan, maka ia tidak akan diberkahi, yaitu seperti orang yang makan dan tak pernah kenyang." (HR Bukhari-Muslim)

Terinsyafi oleh kami, tersebab sekecil apapun niat berkebaikan yang diilhamkan Allah, maka akan ada seluas-luas dan sebanyak-banyak jalan pula akan dibentangkan Allah untuk mewujudkannya.

Tentang Ikhtiyar sepenuh Iman

Tiga hal yang tidak boleh dilupakan saat menjemput rizqi. Tiga hal tersebut tidak  sesederhana seperti saat menuliskannya, karena pelaksanaannya membutuhkan mujahadah yang sangat:
  1. Mengihsankan amal
  2. Menyempurnakan ikhtiyar
  3. Bertawakal kepada Allah dengan sepenuh iman

Maka selanjutnya Allah yang Maha Mengatur tak pernah keliru dan tak pernah aniaya untuk memberikan rizqi pada tempat terbaik, di waktu terbaik dan dengan cara terbaik.

Maka setelah rizqi mewujud, hati merasa cukup dan rela atas bagian yang ada dalam genggaman. Meski yang digenggam seadanya terlihat oleh makhluk. Namun yang seadanya jika diulurkan oleh Rabb Yang Maha Mulia maka akan mencukupi dan meruah berkah. Rasa syukurpun terlisankan, termanfaatkan rizqi dalam ketaatan dengan seluas-luas jangkauannya.

Maka kekayaan yang sebenarnya akan menetap tentram dalam hati, hati yang bertambah-tambah peka atas nikmat yang ada. Adalah menjadi karunia tak terhingga bagi insan yang bertaqwa.

Tentang dikayakan dan dicukupkan




Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan (QS An Najm [53]: 48)

وعن حكيم بن حزام رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن النبي  قال: (اليد العليا خير من اليد السفلى، وابدأ بمن تعول، وخير الصدقة عن ظهر غنىً، ومن يستعفف يعفه اللَّه، ومن يستغن يغنه اللَّه) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Hakim bin Hizam ra mengatakan bahwa Nabi sholallahu alaihi wassalam mengatakan bahwa nabi bersabda,"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu, dan sebaik-baiknya sedekah adalah selebihnya dari kebutuhan. Barang siapa yang berusaha menjaga diri, niscaya Allah memelihara dirinya. barang siapa yang memohon kekayaan kepada Allah, niscaya Allah menjadikannya kaya (berkecukupan)." (Muttafaq 'alaih, HR Bukhari,714)

Hadits riwayat Imam Al-Hakim dari Ma’qal bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tuhan kalian berkata, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah kepadaKu sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam!, jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan" 

[Al-Mustadrak ‘Alash Shahihaian, Kitabur Riqaq, 4/326. Imam Al-Hakim berkata, ‘Sanad hadits ini shahih, tetapi Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya’. (Op.cit, 4/326). Dan hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi. Lihat, At-Talkhish, 4/326. Syaikh Al-Albani berkata, Tentang hadits ini, memang seperti yang dikatakan oleh keduanya [Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah,no. 1359, 3/47]

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, yang berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang janji Allah, yang tak satu pun lebih memenuhi janji daripadaNya, berapa dua jenis pahala bagi orang yang benar-benar beribadah kepada Allah sepenuhnya. Yaitu, Allah pasti memenuhi hatinya dengan kekayaan dan kedua tangannya dengan rizki.

Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan akan ancaman Allah kepada orang yang menjauhiNya dengan dua jenis siksa. Yaitu Allah pasti memenuhi hatinya dengan kefakiran dan kedua tangannya dengan kesibukan.

Dan semua mengetahui, siapa yang hatinya dikayakan oleh Yang Maha Memberi kekayaan, niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan selama-lamanya. Dan siapa yang kedua tangannya dipenuhi rizki oleh Yang Maha Memberi rizki dan Mahaperkasa, niscaya ia tidak akan pernah pailit selama-lamanya. Sebaliknya, siapa yang hatinya dipenuhi dengan kefakiran oleh Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan, niscaya tak seorangpun mampu membuatnya kaya. Dan siapa yang disibukkan oleh Yang Mahaperkasa dan Maha Memaksa, niscaya tak seorangpun yang mampu memberinya waktu luang.

[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Syaikh Dr Fadhli llahi, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah hal 36-40, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Thursday 4 December 2014

Tentang patuhnya anak

Sebagai syarat utama yang harus dipunyai orang tua, agar anak-anak patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tuanya yaitu tertampaknya keimanan dan ketaqwaan dari orang tuanya. Bukan tampak dalam arti lahiriyah saja, namun dalam kehidupan dalam satu atap itu dampak iman dan taqwanya terasakan oleh anak-anak. Sebenarnya akibat dari iman dan taqwanya seseorang, tidak hanya dirasakan oleh anak, juga oleh orang-orang lain disekitar kita. Istri maupun suami akan bertambah sakinah dengan sendirinya jika pada pasangannya terdapat keimanan yang sehat dan bertumbuh. Pada lain halaman akan bersama kita bahas lebih detail hal ini.

Syarat kedua yang harus dipunyai oleh orang tua adalah perkataan yang benar (qaulan sadiida, QS 4:9). Buah dari adanya keimanan dan ketaqwaan salah satunya keterjagaan anggota tubuh yang bernama mulut, untuk senantiasa berkata yang benar saja. Tanpa iman dan taqwa, niscaya kata-kata yang keluar tiada filter sebelum terucap.

Syarat ketiga adalah adanya suri tauladan (Al Qudwah) dari orang tuanya sendiri sebelum si anak diperintahkan suatu hal yang ingin dilakukan oleh sang anak. Bahkan kalau perlu membersamai anak dalam melakukan perintah kebaikan. Itu jika sebelumnya ortu belum bisa memberikan contoh kepada anak.

Syarat ke 4 adanya ketaklukan hati (ketundukan hati, At Taqlif) terlebih dahulu dari sang anak terhadap orang tuanya. Tiada lain hanya pada Allah kita meminta agar ada ketundukan hati ini. Karena kuasa membolak-balik hati hanya ada pada Rabb semesta alam. Ini sangat erat terkait dengan yang namanya Doa. Tiada boleh berhenti orang tua dari mendoakan keadaan terbaik bagi anaknya, walaupun saat itu si anak terlihat ebagai seorang anak yang baik, berbakti pada orang tua. Apalagi jika menjumpai anak-anak dalam keadaan yang tidak sesuai harapan, maka doa-doa tersebut tidak boleh bosan untuk sennatiasa dipanjatkan.

Syarat kelima adanya perhatian orang tua kepada anaknya di saat-saat terbaik keadaan si anak. Lebih banyak gerutuan anak saat disuruh suatu kebaikan oleh orang tuanya, karena si anak merasa terus menerus dieksploitasi. Hanya dipanggil saat dibutuhkan, tetapi orang tua tidak hadir saat anak membutuhkan. Anak-anak yang cenderung meminta perhatian lebih pada orang tuanya, biasanya memang kurang diperhatikan dan dibersamai dalam kesehariannya. Ada waktu yang hilang disaat terpenting dalam usia anak-anaknya. Sebanarnya nantipun saat remaja anak sudah tidak terlalu bergantung dan minta perhatian orang tua, adalah efek dari cukupnya perhatian orang tua saat masa kecil sang anak.


Lebih menarik dan seru jika kita ikut mengisi kuis berikut, untuk melihat kedekatan ortu dan anak:
  1. Berapa waktu yang anda alokasikan pada anak dalam satu hari?
  2. Untuk bapak, Apakah anda pernah mempunyai momen tidak terlupakan bersama anak saat anak berusia dibawah 2 tahun?
  3. Untuk ortu, Apakah anda mempunyai perlakuan terhadap anak anda sejak masih dalam kandungan?
  4. Untuk ortu, Apakah anda mempunyai perlakuan terhadap anak anda sejak umur 0 sd 1 th?
  5. Apakah aktivitas anda kepada anak dalam memberi lebih banyak dari pada aktivitas anda menerima ? ataukah seimbang? dalam satu hari.
  6. Apakah saat anak anda memasuki usia baligh anda mengetahui dan memberi informasi yang cukup terkait memasuki usia baligh?
  7. Jika anak anda sudah boleh untuk keluar rumah, pada umur berapakah anda mengijinkan anak hidup mandiri diluar rumah (pesantren, asrama, kost-kostan dll)
  8. Apakah anda sering bercerita tentang visi dan misi anda kepada anak? berapa kali dalam 1 bulan
  9. Apakah anda sering berdiskusi tentang visi dan misi yang anda ingin anak anda lakukan? berapa kali dalam 1 bulan
  10. Apakah anda sering pergi jalan jalan keluar untuk bersantai bersama anak? Berapa kali dalam 1 bulan
  11. Apakah saat anda keluar rumah untuk bekerja atau dinas keluar kota, anda diiringi sampai didepan pintu? oleh anak, istri/suami?

Tuesday 18 November 2014

Tentang Peringatan



Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Quran).

(QS Taha (20): 99)

Allah karuniakan visualisasi bagi seluruh indera kita untuk mencerap gambaran masa depan dari kisah-kisah masa lalu juga kisah-kisah masa depan. 

Rabb jagalah kami untuk tetapi jalanMu dan jangan palingkan kami darinya setelah sedemikian terang Engkau tunjukkan petunjuk-petunjukMu.

Tuesday 11 November 2014

Tentang doa nabi Ayyub

Allah berfirman dalam Al-Quran:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".

(QS. Al-Anbiya: 83)

Tentang Pahlawan

Pahlawan tidak selalu harus menjadi nama suatu jalan, demikianpun penyematan gelarnya tidak selalu harus melalui  seremoni  penganugerahan oleh Presiden.

Bagi saya pahlawan bisa siapa saja yang mempunyai rekam jejak dan berimplikasi pada kebaikan bagi orang lain. Pahlawan adalah seseorang yang bisa dituturkan perilakunya oleh orang terdekatnya, bisa dituturkan oleh anaknya, dituturkan oleh isterinya, dituturkan oleh suaminya, dituturkan oleh orang tuanya, dituturkan oleh saudaranya, bahkan oleh teman ataupun tetangganya.

Bagi saya arti yang sederhana dari kata pahlawan adalah orang yang membuat rindu serindunya bila tak segera menjumpanya. Orang yang memberi semangat berkebaikan walau hanya sekedar mengingat kenanginya. Orang yang dalam senyapnya sebenarnya bertutur banyak kebajikan untuk ditiru dalam amal keseharian. Orang yang dalam kerjanya mendahului kata, banyak berpeluh tiada mengeluh, contohi tiada minta dicontoh. Orang yang diamnyapun adalah menggerakkan.

Pahlawan bagi bangsa seharusnya juga pahlawan bagi tetangganya, juga pahlawan bagi kerabatnya, juga pahlawan bagi adik dan kakaknya, juga pahlawan bagi orang tua dan anaknya, juga pahlawan bagi alam, tumbuhan dan hewan disekitarnya, Pahlawan bagi Isteri atau suaminya. Sudahkan kita menjadi pribadi yang terekam sebagai sosok pahlawan bagi orang-orang terdekat kita? Ijinkan saya sampaikan arti pahlawan itu dari kacamata seorang ayah:

Selepas perjalanan luar kota, kami sampai dirumah dengan rasa penat dan kantuk yang sangat. Perjalanan menyusuri punggungan Ungaran dan Merbabu kami mulai pukul 4 sore. Pengalaman pertama bagi kami sekeluarga yang sesore itu melewati jalanan tanpa lampu penerangan di pinggir jalan. Dan kami putuskan untuk jamak takhir maghrib dan isya sesampainya dirumah agar tidak terlalu malam melalui jalanan gelap itu.

Apa mau dikata, begitu masuk rumah, kami sudah terlelap entah dimana. Saya sendiri sudah ambruk begitu masuk ruang tengah. Sampai kemudian tidur saya diusik tangan kecil yang menggoyang-goyang lengan dan berkata, "Bi, aku belum sholat Maghrib dan Isya". Saya buka mata, ternyata putri kami yang membangunkan. Saya lihat jam di dinding dan sudah menunjukkan jam 23.30. Sayapun segera menjawab, "Ya nak, abi juga belum, yuk kita sholat bareng". Selesai menunaikan sholat, saya lihat putri kami menyiapkan satu persatu perlengkapan sekolahnya untuk esok hari, dari mulai buku-bukunya sampai seragam dan jilbabnya. Sampai dia menanyakan ke saya tentang jilbabnya, "Apa jilbab ini terlihat kusut?" Setalah saya amati, saya jawab,"Ya kusut". Tanpa banyak berkata lagi dia persiapkan setrika dan alasnya, dia hanya minta saya untuk menghubungkan setrika dengan kontak listrik di dinding. Karena memang kami belum memperbolehkan anak-anak untuk mandiri kalau terkait dengan listrik. Selesai mensetrika, putri kamipun minta ijin gosok gigi dan tidur. 

Saya lepas anak saya ke alam tidurnya dengan melantunkan doa sebelum tidur. Saya pandangi wajahnya dan renungi pelajaran dini hari itu. Saya hanya bilang Nak, walaupun usiamu masih 8 tahun, kamu pahlawanku hari ini. Engkau ajarkan makna Laa Lighod illal Jannah (tiada masa depan kecuali surga) dengan tanpa banyak berkata-kata. Engkau ajarkan makna kata "bersiap" pada abahmu yang sering lalai dengan kata itu.


Maka anak-anak sayapun adalah pahlawan yang hidup bagi saya.

Sabtu siang itu saya dan putra bungsu kami berjamah dhuhur di masjid Balaikota. Masjid itu menjadi favorit anak-anak kami selain karena dekat dengan rumah, juga punya tempat luncuran. Demikian anak kami menamakan sebuah tempat tinggi yang merupakan pintu gerbang masjid yang bisa digunakan untuk meluncur turun berkendara sepeda mereka. Selalu setiap selesai sholat berjamaah, si bungsu menanyakan, "Sholat Rawatib tidak?" karena saat itu kami selesai sholat dhuhur maka saya jawab " Iya, 2 rakaat". Di luar kebiasaannya, ternyata tanpa berkata-kata lagi, dia langsung berdiri mencari tempat, dan selanjutnya  melaksanakan sholat rawatib bakdiyah dhuhur. Sayapun dalam beberapa detik mentakjubinya, Masya Allah. Begitulah seharusnya setiap diri kita, setelah mendapatkan ilmu, maka selanjutnya mengamalkannya tanpa banyak bertanya lagi. Hari itupun saya memperoleh pahlawan hidup lagi.

Ya Rabb, Inna solati, wanusuki, wamahyaya, wamamati, Lillahirabbil 'alamin. Ya Rasulullah, terimalah salam rindu kami yang seringkali lalai, rindu dari kami yang seharusnya melebihi rindunya sebuah pohon kurma tempatmu bersandar kala di masjidmu.




Tentang Al Quds

“Kami adalah pelayan al Quds, tanah dan batu al Quds. Kami tidak membedakan antara membela masjid al Aqsha al Mubarak dan Ka’bah al Musyarafah. Perlindungan dan pembelaan kami untuk keduanya merupakan perintah ilahi bagi kami, Sepanjang masa kota al Quds merupakan cahaya mata kami, maka perlindungan dan pembelaan kami adalah perintah ilahi bagi kami, sepanjang hayat kami” .

Dari Perdana Menteri, Turki Ahmed Davudoglu, dengan beberapa perubahan redaksi.

Wednesday 5 November 2014

Tentang jodoh (lagi)

Jatuh cintalah saat engkau sudah siap dan sedang mempersiapkan untuk menikah. Karena akan menutup masalah-masalah yang tidak perlu engkau hadapi ketika belum tiba waktunya.

Jatuh cinta saat belum siap menikah, jika masih berstatus pelajar, dan harus menyelesaikan sekolah, bisa jadi engkau akan pusing mencari solusi bagaimana menikah saat masih berstatus pelajar.

Jika engkau sudah siap jatuh cinta, maka Jatuh cintalah engkau pada lawan jenis yang sudah siap dan sedang mempersiapkan untuk menikah. Karena akan menutup masalah-masalah yang tidak perlu engkau temui.

Jatuh cinta pada orang yang belum siap menikah akan menambah panjang daftar sakit hati bersamaan dengan waktu tunggu yang tidak jelas dimana ujungnya.

Umur dan rizki hanyalah pada Allah muaranya.

Dari sini bisa difahami, bahwa jodoh bukanlah perkara yang sudah ditetapkan di Lauhul Mahfudz, tetapi ia adalah mu’amalah biasa sebagaimana mu’amalah yang lain, yang berada di area yang dikuasai manusia dan manusia dihisab atasnya. Sehingga pada proses menuju pernikahan dan jatuh cintanya itu menjadi bagian yang dihisab nantinya

Namun pemahaman bahwa jodoh adalah sesuatu yang berada dalam area yang dikuasai manusia bukan berarti pengingkaran bahwa Allah adalah ( اْلمُدَبِّرُ ) yang bersifat Maha Mengatur dan ( الْحَاكِمُ ) yang Maha Memutuskan. Setiap Mukmin ketika melaksanakan suatu aktivitas dalam area yang dikuasainya kemudian ternyata apa yang terjadi di luar harapannya dan di luar dugaannya, maka ia harus ridlo terhadap hal itu dan mengimani bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Mengatur.

Rezeki setiap hamba telah dijamin oleh Allah. Allah pun telah menetapkan kadar dan takaran bagian atau porsi rezeki tiap hamba (Lihat QS. Hud [11]: 6)

Imam Muslim meriwayatkan dari Ibn Mas’ud bahwa pada usia kandungan 120 hari, Allah mengutus malaikat untuk menuliskan beberapa ketetapan atas janin itu, termasuk ketetapan rezeki dan ajalnya. Para ulama menjelaskan, yaitu ketetapan sedikit dan banyaknya rezeki. Sedikit dan banyaknya rezeki atau kaya dan miskinnya seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah karena itu semata adalah ketetapan Allah.

Jodoh, pernikahan adalah pilihan, bukan sesuatu yang telah ditetapkan ada pada setiap manusia.
QS An Nisa : 4. 

Tentang lepas dakwah

dari NAI:

Hanya dengan ikhlas maka jiwamu akan menenang, karena disana engkau akan mendapat pujian dari rabb yang maha agung dan di tonton para malaikat!!
Disanalah jiwamu menemui telaganya, ia melepas dahaga dan berbahagia. Ia tenang karena keyakinan bahwa amalnya telah terdokumentasi dengan baik, ia tenang karena passive income untuk pendapatan akhiratnya terus bertumpuk-tumpuk hingga kelangit!

Selama engkau berharap kepada manusia, maka diujung sana akan ada kekecewaan. Ini pelajaran untukmu, saudaraku yang merasa letih dalam dakwah. Ingatlah, bahwa futur itu cerminan rusaknya akidah dan ketidakpahaman tentang hakikat dan tujuan penciptaan..

Kita ini bukan penduduk asli bumi, kita ini mahluk asing di bumi ini. Makanya engkau kecewa, karena engkau beramal untuk manusia, bekerja untuk dunia.

Tuesday 4 November 2014

Tentang Nonkognitif

Tambahkan satu aspek lagi, yaitu aspek spiritual: Istighfar dan mohonkan pada Allah untuk diberi petunjuk dalam segala urusan, tawakal dan ikhlas. Maka mendapatkan akhirat dan duniapun menjadi pengekor dibelakangnya. Tertempatkan dunia sebagai pendorong saja, bukan malah berada didepan sebagai tujuan.

Rhenald Kasali:

Penerima Nobel Ekonomi tahun 2000, James Heckman menemukan variabel-variabel nonkognitif yang justru tak diberikan di sekolah menjadi penentu keberhasilan seseorang untuk memutus mata rantai kemiskinan. Variabel itu adalah keterampilan meregulasi diri, mulai dari mengendalikan perhatian dan perbuatan, sampai kemampuan mengelola daya tahan (persistensi), menghadapi tekanan, menunda kenikmatan, ketekunan menghadapi kejenuhan, dan kecenderungan untuk menjalankan rencana.

Nah keterampilan-keterampilan seperti itu, menurut Heckman, sering kali absen dalam sekolah kognitif. Tanpa itu, anak-anak yang dibesarkan dari keluarga menengah ke atas pun akan jatuh pada lembah kemiskinan.


Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu" adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang  produktif.  

The secret of getting ahead is getting started.—MARK TWAIN 
Columbus berfilsafat, "Kalau Anda tak pernah kesasar, maka kita tak akan pernah menemukan jalan baru."  

Tentang persistent

Mari kita simak tulisan gurunda :

Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti


Rhenald Kasali                         (@Rhenald_Kasali)

KOMPAS.com — Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.

Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.

Mooryati Soedibyo

Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?


KOMPAS/AGUS SUSANTO Mooryati Soedibyo, pengusaha jamu dan kosmetika tradisional

Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.

Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui,  kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.

Teman-teman belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."

Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.

Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.

Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia "diluluskan" dengan bantuan, "sekolahnya hanya dua tahun", dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.

Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga go public. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.

Dian Sastro

Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?

Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: "no bargain on process and quality".

KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHI Model dan artis peran Dian Sastrowardoyo

Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.

Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.

"Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak outstanding," ujarnya.

Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. "Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa," ujarnya.

Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. "Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya," ujarnya.

Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.

Metakognisi Susi

Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena "sekolahnya". Beruntung, banyak juga yang membelanya.

Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah "self driver" sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?

SABRINA ASRIL/KOMPAS.com Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi "passenger", ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi  memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.

Saat saya mengirim mahasiswa pergi "melihat pasar" ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).

Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.

Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.

Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu" adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang  produktif.

Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.

Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.

Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.


Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model dari social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Saat ini, dia juga maju sebagai kandidat Rektor Universitas Indonesia. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers.

Monday 3 November 2014

Tentang anak

Episode 1:
Si bungsu yang berumur lima tahun bertanya. "Abi bilang kalau ketemu anjing, supaya anjing itu tidak berani ke kita, kita jongkok dan pura-pura ambil batu?" Jawab saya "Iya".

Dia kemudian kembali bertanya, " Bagaimana jika anjingnya buta?"
"Dik, jarang ada anjing buta yang tetap dipelihara oleh majikannya", kata saya.
"Tapikan tetap ada kemuungkina bahwa akan ada anjing yang buta?" tandasnya.
Hehe..sayapun tertawa dan cuma menjawab, "Kalau gitu tendang saja anjingnya, toh dia tidak dapat melihat dimana kita", walau ini jawaban sederhana yang sekenanya, karena indera penciuman anjing yang begitu kuat, memungkinkan anjing untuk mengetahui keberadaan manusia walau dia buta. Tapi jawaban sederhana itu sudah cukup intuk menguatkannya agar tidak pernah takut dengan makhluk yang Allah ciptakan. Karena yang dia harus takuti hanya Allah semata sang pencipta segala makhluk.

Episode 2:

Malam itu isteri meminta saya untuk mengundurkan jadwal pergi ke Bandung menjadi hari Senin. Karena banyak agenda di hari Senin maka saya bersikukuh untuk pulang di jadwal semula, yaitu hari Ahad. Tiba-tiba puteri kami menyela pembicaraan, dan memberi dukungan pada usul uminya. Dia berkata, "Bi itu kata isteri lho, kalau isteri meminta harus diikuti lho!"

Saya dan isteripun hanya bisa tertawa, ternyata puteri kami sudah paham relationship suami isteri. Kamipun harus lebih hati-hati memberi qudwah kepada anak-anak kami.

Tentang perhatian

Malam itu saya, dan si sulung berada di depan TV. Putera kami sedang sibuk dengan proyeknya membuat lampu sorot untuk sepedanya. Dia belajar mengupas kabel, yang memang menurut saya kualitas shieldnya bagus, sehingga butuh banyak effort untuk bisa mengelupasnya. Berkali-kali gagal karena bukan hanya selubungnya yang terkelupas, namun sampai serat kabel didalamnyapun ikut terpotong.

Saya sendiri sedang menyimak acara Mario Teguh. Ada sebuah episode dimana seorang ibu muda diambang perceraiannya yang menurutnya karena dia dan suami punya ego yang tidak bisa diketemukan. Menariknya dia sempat mengutarakan perbedaan kehidupan rumah tangga antara orang tuanya dengan orang tua dari pihak suami. Menurutnya orang tuanya adalah cermin kehidupan yang harmonis, hampir tidak ada pertengkaran di dalamnya. Sedangkan kehidupan orang tua suaminya banyak hari-harinya yang dihiasi oleh pertengkaran. Namun demikian, ibu mertuanya setiap harinya masih memasak sendiri untuk keperluan makan keluarganya. Berbeda dengan kehidupannya yang memang tidak sempat memasak untuk suami karena alasan kerja. Sumber pertengkaran mereka adalah ajakan suaminya untuk tinggal bersama orang tuanya dibanding di rumah yang telah si istri beli jauh sebelum mereka menikah. Setelah ditanya apa motivasi menikahnya, ternyata ibu muda itu mengatakan bahwa dia sudah didesak ortunya untuk segera menikah agar ada yang menjaga di Jakarta, mengingat usianya yang sudah menginjak 27 th. Akirnya ibu muda itu mengaku bahwa dirinya yang mendesak si suami utk segera menikahinya. Menurut sang motivator, bisa jadi Tuhan mengabulkan permohonan hambanya yang berdasarkan nafsu dalam hal ini untuk menikah, dibanding meniatkan menikah dengan ikhlas demi beribadah kepadaNya. Dan ibu muda itu punya cara pandang sendiri bahwa hidup menjanda tidak apalah, karena Tuhan selalu bersama hambanya...sedemikian mudah yaa, alasan untuk mengakhiri rumah tangga, karena ego masing-masing yang tidak bisa bertunduk pada alasan-alasan syar'i. Bahkan sampai tersesatpun, jika tidak punya peta jalan hidup (Al Quran dan As Sunnah) akan merasa tidak tersesat.

Yang selanjutya, diluar perkiraan saya, si sulung bertanya, "Bi, apa beda pacaran dengan Ta'aruf? Apakah dulu abi juga taaruf?" Ternyata si sulung ikut mendengarkan dialog-dialog yang di TV. Karena sering disebut-sebut kata pacaran. Akhirnya dengan menimbangdan mencari-cari kata-kata yang pas buat anak usia 11 tahun, saya jawab pertanyaanya. Beberapa saat kemudian istri juga ikut nimbrung, dan saya diskusikan ke istri pertanyaan anak kami tadi. Kamipun tertawaringan mengingat bagaimana pertemuan kami dahulu.

So...Al Qudwah Qobla Dakwah memang seharusnya dipegang oleh dai dimanapun dia berada. Tidak hanya di depan publik, namun terutama dalam keluarga kecilnya. Seperti pada Hasan Al Basri kita bisa bercermin bagaimanametode dakwahnya, yang demikian kuat bisa menembus relung-relung hati terdalam dari obyek dakwahnya. Sampai-sampai istri amirul mukminin mengatakan bahwa dialah (Hasan Al Basri)  yang sebenarnya seorang raja, bukan suaminya. Karena setiap perkataan Hasan Al Basri pasti akan diikuti dan ditaati oleh seluruh kaum muslim.