Tuesday 16 September 2014

Tentang Ibadah

Saat dalam kandungan kita telah disumpah Allah untuk mengakuiNya sebagai Rabb. Pengambilan sumpah yang tidak bisa dihindari oleh semua bakal manusia yang akan dilahirkan oleh semua ibu di dunia ini. Tidak peduli apapun agamanya kelak saat dia sudah dewasa nanti.

Begitu telah disumpah, maka mandatpun diberikan kepada setiap diri yang lahir, bahwa tidak ada lain bahwa penciptaan manusia adalah hanya untuk tujuan beribadah kepada Allah rabbal 'alamin, hanya untuk menyembah Allah Al Malik Al Yaumuddin. Tujuan tersebut selain menjadi tujuan setiap individu juga menjadi tujuan bagi setiap keluarga, masyarakat, organisasi, perusahaan, bahkan negara. Mandat tersebut selalu melekat kemanapun manusia berjalan sampai dia akan kembali kepada Rabbnya. Satu waktu dimana tidak diperlukan lagi ibadah, yang ada hanya pemberian balasan terhadap semua capaian dari mandat yang telah diberikan.

Bagi yang bertumbuh dalam Islam, maka mandat itu akan selalu dapat dibacanya dalam Al Quran. Hanya saja tidak semua orang melaksanakan mandatnya tersebut. Seseorang yang men-drive kehidupannya untuk melaksanakan mandat tersebut ada yang bernama nabi, rasul dan seterusnya sampai kita sebagai generasi saat ini sering menemuinya dalam wujud bernama dai atau mubaligh.

Maka saat seseorang sudah menjiwai mandatnya, maka baginya Nahnu Du'at Qobla kulli Syai'in adalah menjadi keseharian dalam seluruh kehidupannya. Untuk setiap marhalah yang dilaluinya dia akan mempersiapkan dengan wasilah dalam uslub terbaik agar mencapai ahdaf penciptaannya. Dalam setiap saat dia juga melakukan mutabaah, untuk menentukan apakah tujuan perlu diajukan atau ditunda, apakah suatu wasilah efektif atau tidak, serta menguak apakah uslub yang dipakai sesuai atau tidak.

Maka seorang dai adalah seorang driver, bukan passenger. Dia mencari dan mendapat ilmu kemudian melatihnya,  menjalankan dalam kehidupannya, mengambil resiko di kelas kehidupannya. Di kelasnya, tidak ada kata tertidur, bahkan mengantuk saja dia larang mendatanginya. Dia tumbuh walau tidak ada nilai dan imbalan yang tertulis, nilai tertinggi dari Rabbnyalah yang dia kejar sampai akhir hayatnya.

Maka, perlu jujur melihat diri sendiri. Sudahkah saya tunaikan mandat agung dari Rabb semesta alam? Ataukah diri termasuk yang lalai?

No comments:

Post a Comment