Wednesday 24 September 2014

Tentang Pinta

Pinta berkata bahwa semua cita dalam diri hendaklah dimintakan pada Rabb.
Pinta beralaskan yang dia cita  kan bawakan selaksa kebaikan bagi sebanyak makhlukNya.
Pinta bermunajat dalam yakin Rabb kan bermurah limpah dalam wujud yang dihajatkan.

Pinta lalui gelap malam dalam sujud dan tengadah tangan tiada lelah.
Pinta lalui terang hari dalam peluh tuk penuhi wajib ikhtiyar.
Pinta lalui gelap dan terang masa namun tiada temui yang dicita.

Pinta telah padam gairah citanya.
Pinta telah putuskan Rabb tiada Rahiim padanya.
Pinta telah punya alasan hadirkan marah pada Rabb.

Pinta beryakin Rabb tiada adil.
Pinta berkata berhak membalas Rabbnya.
Pinta berjalan tinggalkan Rabbnya.

Rabb kirimkan Atqiya'ul Akhfiya' temukan Pinta.

Pinta tertegun temui yang papa lagi masai. 
Pinta takjubi ringan langkahnya dalam rasa cukup, tiada tertarik yang gemerlap didunia dan isinya.
Pinta bertanya rasa bermohon atas cita padanya.

Si papa lagi masai berkata, pada setiap bagian nikmat ada bagian ujiannya.
Si papa lagi masai berkata, pada setiap bagian nikmat ada tanya.
Si papa lagi masai berkata, pada setiap bagian nikmat ada jawab yang harus terapal.
Si papa lagi masai berkata, pada setiap bagian nikmat, halalnya dihisab, haramnya diadzab.
Si papa lagi masai berkata, pada setiap bagian nikmat, ada hisab asal dan peruntukannya.
Si papa lagi masai berkata, yang sedikit kan ringankan hisab, karena yang dihisab sudahlah serasa diadzab.
Si papa lagi masai berkata, yang dihisab kan tenggelam dalam keringat dari malunya, rasai adzab dalam kengerian.

Si papa lagi masai berkata, Rabbmu mencintaimu sepenuhnya.
Si papa lagi masai bertanya, Dan kamu merasa berhak untuk membalas dan meninggalkanNya?

Pinta tersungkur di tanah, dalam sedu sedan linang air mata, maksud hati hendak ungkap syukur dan terima kasih pada si papa lagi masai, yang dituju sudah tiada tertampak di hadapan, berlalu tanpa nama dikenal.

Pinta pahami yang kaya yang miskin, yang bahagia yang duka, yang lapang yang sempit, yang mendapat yang kehilangan, yang sehat yang sakit, bukanlah ukuran kemuliaan.

Menakar mulia dari taqwa, berkendaranya dalam kehidupan barokah lalui setiap masanya.

No comments:

Post a Comment