Thursday 28 March 2013

Tentang Kampus..(1)

Tentang Kampus..

Mengikuti dan memperbandingkan sebuah rapat pertanggung jawaban kepengurusan organisasi (LPJ) dan sidang pertanggung jawaban tugas akhir mahasiswa memberikan buah hikmah yang bisa dipetik disana-sini.

Kita mulai dari yang organisasi dahulu. Organisasinya non profit, dengan operasional pendanaan berasal dari pengurus dan infaq tidak rutin anggotanya, dengan pengurus adalah mahasiswa semua, sudah jamak bahwa prioritas utama mahasiswa adalah kuliah dan riset di lab, baru kemudian organisasi non profit itu. Berkaca dari kegiatan serupa setahun yang lalu, Asumsi awal saya tentang jalannya rapat adalah ragam tanggapan positif dari peserta, dengan masukan pendapat, ide, dan terobosan2 yang menarik bagi keberlangsungan dan perbaikan organisasi tersebut kedepan. Pada kenyataannya rapat berjalan riuh antara Pengurus dengan peserta rapat, saling tanggap menanggapi mencari pembenaran masing-masing terjadi didalamnya. Yang pengurus berargumentasi bahwa itulah yang dapat dikerjakan maksimal dengan segala keterbatasannya, sedangkan yang peserta berhujah bahwa pengurus belum bersungguh-sungguh bekerja. Uniknya, sebagian besar yang mengkritisi LPJ justru adalah wajah-wajah baru yang mungkin belum pernah merasakan secara langsung kegiatan apalagi terlibat dari nol proses berjalannya suatu kegiatan yang diadakan oleh si organisasi, jadi sangat mungkin kritikusnya berangan dengan “organisasi ideal” versi alam bawah sadarnya. Akhirnya setelah berjalan beberapa lama dan keterbatasan waktu jualah, maka kata2 klasik nan sudah jadi budaya, yang menurut saya kurang baik, akhirnya muncul...terdengar juga kata “Sudah baik TAPI..bla..bla..bla..”(yang ini sudah lebih halus), bandingkan dengan “Saya tidak menerima Laporan ini TAPI...bla..bla..bla...” yang juga muncul beberapa detik sebelumnya. Sengaja kata tapi dalam huruf kapital (Hehe..langsung ingat kalau ada kalimat yg unik nan khas muncul di budaya klasik dunia perdebatan). Kalau menurut saya mungkin akan lebih membahagiakan para pengurus kalau kata-katanya, “Sudah baik, dan alangkah lebih baik jika ditambah..bla..bla..bla”. Tapi kata-kata yang terakhir ini mensyaratkan kecerdasan emosional dan spiritualnya tinggi dari penutur.. (ah jadi ingat percakapan ditengah malam antar Imam Ahmad dengan Harun ibn Abdillah Al Baghdadi).
Tentang memulai berbudaya santun, Kalau bukan kita sebagai produk kampus..., siapa lagi yang bisa masyarakat harapkan? Dicukupkan sampai disini ttg rapat LPJ.

Tentang sidang Tugas akhir, yang satu ini, alam bawah sadar saya sudah memberi informasi berlimpah. Karena sebagai dosen pasti menguji, dan dulupun sebagai mahasiswa juga pernah diuji. Terbayang suasana seram, dingin dan rentetan pertanyaan penurun mental bagi sang mahasiswa. Di tempat saya belajar sekarang, dua kali sudah menjadi pengamat, ternyata keadaannya sangat berbeda dengan asumsi awallnya. Bahasa santun penguji saat meminta konfirmasi tulisan si mahasiswa, plus kata2, “Yang ini lebih baik begini..” atau “lebih baik ditampilkan dan dilengkapi dengan ...bla...bla...”. Suasana hangatpun terjalin antara penguji dan pembimbing, sehingga terkadang penguji dan pembimbing asyik diskusi, dan si mahasiswa senyum2 saja menikmati momen indahnya yang beberapa menit itu. Efek dari hal kecil ini ternyata luar biasa, si mahasiswa akan tampil dengan tenang, dan mencernai setiap kejadiannya, dan saat nanti tiba saatnya dia menjadi dosen, iapun akan memberikan perlakuan sama seperti dahulu pendahulunya telah mencontohi. Elok rupawan yang mencontohi, tiada terhalang pahala dari yang meneladani.

Semoga dikuatkan ikhlas dalam berukhuwah, berkendara sabar dalam perjalanan panjang berombongan, sedang menuju kemuliaan, bukan telah sampai di kemuliaan.

No comments:

Post a Comment