Monday 18 August 2014

Tentang Kedewasaan

Beberapa hari lalu saya berdiskusi dengan seorang sahabat yang bercerita tentang hubungan kakak dan adik serta cara mendidik yang dilakukan orang tuanya. Salah satu yang saya peroleh dari diskusi adalah pernak-pernik kehidupan itu ternyata bisa mempercepat dan mempengaruhi kedewasaan seseorang. Tentu saja doa-doa dan pelibatan Allah dalam mendidik akan menentukan hasil positif atau negatif dari pernik-pernik tersebut.

Jadi berpikir untuk diri sendiri, apakah sudah cukup memberikan kepada anak2 saya, istri, bahkan diri sendiri pernik-pernik kehidupan yang akan mendewasakan diri sesegera mungkin? Jangan-jangan karena sudah dalam kondisi "nyaman", dan berada dalam comfort zone, sehingga menyebabkan tantangan kehidupan hampir tidak ada. Pernik kehidupan yang bisa men-challange muncul dengan segeranya kedewasaan.

Pada diri seseorang, akan terbentuk istilah "majikan kebiasaan" (prie gs). Kedewasaan juga menjadi produk dari kebiasaan seseorang dalam memaknai dan mensikapi segala pernik kehidupan yang menghampirinya. Jika seseorang tidak berpikir tentang kedewasaan, tentu saja dia tidak akan memperoleh kedewasaan itu sendiri sepanjang hidupnya.  Jika sudah terpikir tentang kedewasaan pada dirinya sendiri maka dia baru akan mencarinya. Sebagai contoh, seorang anak kecil yang merasakan ketidak berdayaan keluarganya untuk mencukupi biaya sekolah, menjadikan dirinya sendiri bahan tempaan untuk belajar dewasa dengan mencari solusi, bukan dengan sekedar menerima dan merutuki nasibnya yang terlahir dari keluarga tidak mampu. Maka dalam proses mencari solusi tersebut, sedikit-demi sedikit dia juga akan mendapatkan kedewasaan dalam seluruh prosesnya.

Untuk diri sendiri, menemukan kedewasaan, harus dimulai dengan proses mencari. Jika sudah mencari, maka baru ada harapan untuk menemukan. Potensi untuk ketemu maupun tidak ketemu selalu ada. Maka anda butuh peta, anda butuh guru, agar tidak habis umur anda dalam proses mencari tersebut. Sebagai seorang muslim, tentu saja sudah ada Al Qur'an dan Hadist sebagai petanya. Tidak selamanya seseorang bisa benar membaca peta tersebut, maka disitu perlu adanya guru, yang akan menjelaskan bahasa peta tersebut kepada yang ingin menggunakan peta tersebut.  Lalu seperti apakah kontribusi kita untuk orang lain yang juga berproses dalam mencari, setelah kita juga telah ditunjukkan peta yang benar oleh guru yang sebenarnya?
Untuk orang-orang disekitar kita, marilah kita bantu dia untuk mencari, dengan membantunya menunjukkan tanda-tanda dan ciri-ciri yang akan menuntunnya menemukan kedewasaannya. Maka ini yang bisa disebut mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan dengan hikmah dan kebaikan

No comments:

Post a Comment