“Bro...aku barusan kena musibah nih...dompet gue dicopet waktu
ngantri keluar stasiun”....Yg disebut bro-pun (kita sebut aja namanya
si-Bro) nimpali dg spontan: “Lo sih kagak hati-hati, makanya
sedeqah...itu tandanya elo kurang sedeqah..jadi deh diminta paksa sama
Tuhan”. Dalam hati si pentutur pertama yg kita sebut aja si-Lo berkata
“Mending tadi gue kagak crita ke ente”. Selang beberapa hari kemudian
secara tidak disengaja keduanya bertemu di kantor polisi dengan urusan
yg berbeda, si -Lo ngambil dompet yg hanya tinggal surat2 penting
didalamnya, sedangkan si-Bro sedang melaporkan kehilangan motornya yg
ditaruh depan kost2annya.
Sahabat..Adanya kesulitan, kesusahan, musibah, kecelakaan, kehilangan, sakit, yg terjadi pada seseorang bukanlah ukuran ketidakbarokahan kehidupan seseorang.
demikian
juga...Adanya kesehatan, keberhasilan, kesuksesan, kelancaran,
diperolehnya sesuatu ataupun rezeki, yg terjadi pd seseorg juga belum
tentu bisa dijadikan suatu ukuran kebarokahan kehidupannya.
Rezeki
barokah indikatornya sedikitnya adalah cukup, lebihnya adalah
manfaat...kalau dilengkapin maka ukuran kebarokahan: ada tidaknya
peningkatan keimanan/peningkatan amal/peningkatan nilai serta
kedekatannya pd Allah setelah setiap kejadian yg terjadi padanya, dari
waktu ke waktu. Itulah makna sejati kebarokahan hidup.
Kalau
dihubungkan dg kejadian sehari-hari yang sering kita jumpai (lihat awal
tulisan): ...Jika ada seorang sahabat mendapatkan musibah, kehilangan
barang miliknya, ataupun menderita sakit kemudian menceritakannya kepada
kita, biasanya segera muncul bisikan buruk dari dalam hati yg bilang
“Kurang sedeqah sih...kurang amal sih...banyak dosa sih...dan banyak2
juga lainnya yg negatif” (yg kita anggap kesemuanya itu menjadi sebab
hidupnya yg tidak barokah, sehingga kemalangan-kemalangan itupun pantas
mendatangi)...lebih buruk lagi kalau kata-kata tsb sampai terlepas
keluar dari mulut bawel kita...itu jelas akan menyakiti sahabat kita.
Jika kita sudah menyakitinya jelas urusannya bisa panjang, selain
nambah dosa diri, menggugurkan dosanya, dan satu lagi yg perlu kita
camkan (sebelum melakukan tindakan bodoh itu)... kitapun tidak pernah
tahu siapa sebenarnya sahabat kita itu, seberapa banyak amalannya,
seberapa dekat dia dg tuhannya... karena bisa jadi dia adalah salah
seorang kekasih Tuhan, dan jika dia adalah kekasih Tuhan, yg berabe
nantinya yg punya mulut bawel itu. Bisa jadi, Allah-lah yg akan
memberikan balasan bagi siapapun yg menyakiti kekasihnya, tanpa
dimintapun...sekali lagi tanpa dimintapun, oleh simanusia yg terdzolimi
itu.
Maka yg lebih baik adalah segera berempati dengan senantiasa berbaik sangka padanya, demikian yg Rasulullah SAW ajarkan.
Just renungan akhir pekan, 5 Mei 2012
No comments:
Post a Comment