Teman terbaik adalah buah yang Jatuh dari pohon terbaik,
yang tumbuh dari benih terbaik yang disiram dengan kasih sayang terbaik,
dipupuk dengan doa-doa terbaik pula,
untuk kemudian disempurnakan penjagaannya oleh tangan terbaik dari langit pemberi kehidupan...
.........................Maka dimuliakanlah mereka di taman surga.........................
Suatu
pagi, sambil menunggu teman utk berangkat ke stasiun, ada status FB
yang menarik utk direnungkan: Meninggalkan sahabat berarti meninggalkan
malaikat penjagamu...demikian salah satu status FB yg saya baca pada
suatu pagi. Seperti ada benang merah dengan kejadian malam sebelumnya
saat saya diundang oleh dua ‘teman’ makan bersama dalam rangka
perpisahan di sebuah restoran ditengah kota, restoran yang dengan setia
menunggui kami untuk overtime, karena sebenarnya saya dan mereka belum
berkehendak atau siap untuk meninggalkan atau ditinggalkan... Sebelum
lebih jauh saya berfikir tentang arti teman atau sahabat, saya asumsikan
saja bahwa kehilangan atau meninggalkan keduanya mempunyai makna
sejenis, sama-sama ada yang pergi.
Pada awal kesadaran
saya akan arti teman, saya sering mengunakan rumus 3 laci di meja kantor
saya. Tujuan awalnya sih agar diri dan pikiran saya tetap sehat,
sesehat tanah gembur penuh humus walau keadaan disekeliling saya
tanahnya kering kerontang, pecah-pecah dan tidak menyuburkan.
Saya
punya sebuah meja kerja dengan tiga laci, Saya sering meletakkan barang
sesuai klasifikasinya, laci paling atas laci dimana sering ambil dan
taruh barang paling tidak dua kali dalam setiap harinya, the most
important and needed begitulah sebutan utk barang2 di laci ini. Dilaci
ini benda2 itu akan tersimpan, “mungkin” sampai akhir pengabdian saya
alias pensiun, baru akan saya bawa pulang bukannya ditinggal..sekali
lagi dibawa pulang, bukan dibuang lho...karena nilai kenangannya yg
tinggi, nilai kepantasannya yang tinggi. Laci pertama inilah tempat bagi
teman yang sebenarnya, dia ada disaat dibutuhkan, tempat curhat, tempat
berbagi kebahagiaan dan juga air mata...jelas laci teratas adalah
tempat saya paling sering membuka dan menutupnya untuk mengambil dan
memasukkan hal-hal yang sering saya pakai, yang jika kehilangan bisa
bikin tdk mood utk ngapa-ngapain.
Bergerak kebawah, laci
kedua tempat menaruh barang yang kemungkinan baru akan saya cari minimal
1 minggu sekali..itupun kalo masih ingat barang itu di laci kedua.
Jelas yg ini semakin jarang saya buka kalo pas saya sdg sibuk2nya
ngurusi kerjaan dg laci pertama. Laci kedua, laci teman-teman saya yang
sekedar kalo bertemu untuk berbasa-basi, say hello, menanyakan kabar,
ditambah sedikit empati kalau diperlukan..yah karena itulah teman tipe
kedua ini juga tidak sampai turun kehati untuk menciptakan suasana
exited, apalagi sampai berasa kehilangan bila dia meninggalkan saya.
Dan
yang ketiga, laci tempat meletakkan barang-barang yang sangat-sangat,
dan sangat jarang saya butuhkan, dan hampir-hampir tinggal menunggu
waktu untuk saya masukkan ke bak sampah di samping meja. Untuk yang
satu ini lebih banyak saya hindari daripada saya temui, jikapun sdh
ketemu sepertinya ingin segera saya tinggalkan, sebelum ketombe di
kepala rontok sendiri tanpa digaruk kalau kelamaan duduk bersama dengan
teman yang seperti ini. Untuk teman jenis ketiga ini, si hati sudah
sering teriak untuk tidak menghindarinya, untuk tidak sembunyi
darinya...tetapi kenyataannya pikiran buruk di otak lebih sering
menangnya daripada si hati, terbukti saya lebih senang menggerakkan kaki
untuk melangkah menjauhinya daripada menemuinya.
Btw,
bagi saya pada saat itu, posisi teman di ketiga laci tsb masih bisa
berubah, bukan harga mati.. paling tidak sekali dalam satu semester saya
luangkan waktu untuk melihat ulang semua laci2 tsb..tentu dengan
pikiran dan hati jernih, jauh dari unsur tergesa-gesa. Sampai kemudian
ada alasan bagi saya, untuk berubah pikiran, mengambil barang dan
menaikkannya ke laci yang lebih atas, atau terkadang malah menurunkan
barang yang lain ke laci dibawahnya..mirip seperti klasemen sepakbola,
ada yg terdegradasi, ada pula yang promosi ke jenjang kompetisi yang
lebih prestisius. Akhirnya strategi pertemanan saya diatas telah menjadi
ritme dalam menjalin hubungan pertemanan selama bertaun-tahun
Sampai
kemudian di kost2an, disaat badan terasa panas dingin minta kerokan,
ada temen yang ngomong gini sambil tangannya terus menggerus punggung
saya dengan dengan bersemangat (khas persaudaraan sesama perantau) ...
“Klo kamu meninggalkannya sebenarnya malah menutup kemungkinan kamu
ditolongnya”. “Lho kok bisa?...bukannya dia yg mestinya ditolong, kok
malah saya yg harusnya ditolong”, sahut saya tidak puas.
Dengan
menambah tekanan pada koin yang menggores punggung, dia jawab.. “Ya..
dengan kamu tetap membersamainya kamu kan jadi banyak amalnya...kamu
tertolong karena kamu akan dijadikan lebih baik..bahkan lebih mulia dari
sebelum kamu ketemu dia, karena kamu dibutuhin maka kamu dimintai
tolong seperti itu...”
Dan dengan hati yg dongkol sy
bilang.. “Justru setelah setelah sy tinggal mungkin dia akan menjadi
orang yg lebih hebat tanpa kehadiran saya...lebih mandiri kali...(walau
dalam hati sy juga tdk yakin)", dan yg bikin saya juga bertambah
mengkeret dan meringis karena tambah perih saja punggung, saat dia
bilang ... “kalau mutus silahturahim maka gak akan dilihat, dilirik atau
dianggap oleh Allah saat nanti setelah dibangkitkan...” waduh semakin
panas dingin batin ini, kalau sudah mendengar yang seperti itu, walau
hasil kerokannya sdh bisa sedikit mengusir panas dinginnya jasad.
Jadi
jika saya ngotot untuk pakai prinsip 3 laci diatas, maka saya akan
terus menggelontorkan kebaikan dan juga dapat kembalian berupa
gelontoran kebaikan hanya dari satu sumber, yaitu laci teratas...jelas
ada kecenderungan kesitu, karena saya sdh berada pada zona
nyaman...ngapain juga saya susah-susah dengan kedua laci yang
lainnya...Padahal kalau dihitung dangan rumus matematika sederhana...3
(kebaikan) x 1 (laci) hasil turunan kebaikannya akan kurang jika
dibandingkan 1 (kebaikan) x 3 (laci), sekali lagi turunan kebaikan,
apalagi kalau setiap laci punya anakan laci....tambah pusing lagi utk
menghitungnya saking banyaknya..hehehe....jadi hasil hitungan saya
adalah akan lebih banyak lagi tabungan amal saya kalau saya juga bisa
dapat kebaikan+kesusahannya dari sekaligus 3 laci tersebut
Sehingga
seiring berjalannya waktu dan berkurangnya umur, ada yang datang dan
pergi dari kehidupan saya, ternyata pandangan saya tentang arti
pertemanan di awal tadi mengalami revisi juga untuk muncul 2nd edisinya.
Begini
deskripsinya...Saya akan terima semua teman yang datang pada saya
dengan tangan dan hati yang terbuka. Walaupun tetap ada tiga laci, saya
akan lihat ketiganya dengan satu kacamata yang sama-sama beningnya.
Bahwa saya dan mereka sama-sama bisa berhubungan secara simbiosis
mutualisme, apapun posisi awalnya dilaci2 tsb. Hehehe...Saya berfikir
seperti itu mungkin juga karena saat itu saya sedang keranjingan buku2
tentang berpikir positif.
Pada saat pertama kali
berpersepsi, saat membuka diri itulah, saya mulai tersadar hampir-hampir
secara keseluruhan akan menentukan bagaimana kelanjutan hubungan
pertemanan itu akan berujung. Apakah saya memakai kacamata yang bening
nan transparan untuk melihat apa adanya pada alam sadar maupun bawah
sadar penuh pikiran positif, atau sebaliknya memakai kacamata yang hitam
nan gelap yang menyembunyikan diri saya maupun dia dari persepsi yang
jelas dari masing-masingnya.
Walaupun kenyataannya ada
juga teman yang membuat kulit kepala ini semakin terasa kering dan
gatal-gatal, juga membuat tubuh ini berguncang-guncang ibarat naik
angkutan umum di kota yg sy tinggali sekarang, yang mana semakin lama,
semakin membuat kepala cenut-cenut dan bisa-bisa dilanjut
muntah-muntah.....Tetapi berdasarkan pengalaman selama ini ternyata dan
Alhamdulillah kalau keadaan seperti itu tidak permanen, terkadang ada
juga teman yang datang untuk menyeimbangkan kelembaban kulit kepala dan
jasmani saya lagi sehingga terasa sejuk dan menyegarkan, ibarat habis
creambath kemudian naik Mercedes S-class yang nyaris tanpa goncangan
saat melewati jalanan berlubang-lubang plus polisi tidur...
Kalaupun
kedua keadaan itu silih berganti datang...satu hal yang bisa saya ambil
pelajaran...mirip-mirip prinsip ketidakseimbangan termodinamika yang
pernah saya baca,yang mana prinsip itu membuat bumi kita memungkinkan
ditempati makhluk hidup sampai sekarang. Maka, sy pikir2... bisa jadi
kalau saya tidak mengalami itu, seperti halnya planet Venus ataupun
Mars, yang semuanya sudah dalam keadaan setimbang, maka yang terasa
hanya panas saja, atau dingin saja..sepanas Venus, sedingin Mars,
kalaupun ada yang senang dengan keadaan seperti itu ya monggo saja, tapi
menurut saya keduanya sama...monoton as death planets, alias
garing..ring, ini pendapat saya lho...kalaupun anda memilih sebaliknya
itu hak anda. Akhirnya saya beranggapan bahwa laci nomer dua dan tiga
itu bisa berkedudukan seperti laci nomer satu tinggal bagaimana kita mau
membukanya atau tidak setiap saat untuk memperbaharuinya...ini kata
kerja lho, kitanya yg aktif. Aktif ini bisa aktif ke dalam diri maupun
keluar dari diri kita. Karena hati ini lama-lama sakit juga kalau
disakiti dengan pikiran-pikiran saya...ataupun anggapan2 saya yang
negatif yang belum tentu shahih selama hampir seumur hidup...mana tahan!
Untuk
yang pertama, berhubungan dg masalah pertemanan juga, ada kejadian yang
sering saya ataupun anda mungkin alami..Begini...Suatu ketika jika kita
sdg jalan-jalan, ada temen yg kita kenal tapi justru berlagak tidak
melihat kita, kata hati: temen yang satu ini ngapain pake jalan memutar
dan memalingkan muka..kalo mau papasan ya papasan aja. Yang jelas jangan
terus terkaget-kaget. Alih-alih daripada kita kaget kemudian
menyebarkan cerita berlebih ttg begitu cueknya atau jahatnya temen yang
satu ini, seyogianya yg kemudian jadi bahan perenungan kita adalah, di
laci manakah dia meletakkan saya jika perlakuannya terhadap saya seperti
itu. Mungkin saya yang harusnya berkaca, mematutkan diri, memantaskan
diri, menggemburkan diri untuk menjadi yang dapat diterima bukan yang
ditinggalkan..tentunya ya dengan membenahi diri, kata orang “super” itu:
jadikan diri kita pantas untuk diperlakukan dengan sepantasnya. Jadi
saya kembali berpikir, kalau teman itu ibarat bayangan dikaca, apabila
ada yang salah dengan hubungan pertemanan, bukan bayangannya yang
dipersalahkan, diobok-obok, bahkan disuruh berubah dahulu. Tetapi diri
saya dulu yang harusnya saya lihat dengan seksama untuk kemudian
diperbaiki dahulu..bukankah teman adalah cerminan kita?
Jadi setelah mengemburkan diri agar menumbuhkan tanaman sehat dan kuat, yang nantinya menghasilkan buah terbaik pula, maka step
kedua adalah bergerak keluar menggemburkan juga tanah disekitar saya.
Karena mau tidak mau tanah kering kerontang itu akan merembet ke saya,
ke tanah saya apabila saya tidak mau mengajak tanah yang lain untuk
sama-sama gembur penuh humus, ya kalo mau selamat ya ngajak juga yang
selain agar selamat, karena bisa jadi suatu saat nanti justru kita malah
dibantu untuk menjadi gembur saat kita sudah mulai kering dan retak.
Ya... yg berarti ada kerja aktif yang keluar dari` diri kita...dengan
uluran tangan yang bisa mengangkatnya naik kelas. Sepertinya tidak perlu
deskripsi lagi ttg hal ini...anda semua juga sudah lebih tahu dari
banyaknya contoh orang-orang hebat disekitar kita, maupun yg telah
mendahului kita
Menurut saya, salah satu hal dari
orang-orang hebat itu, yang harus saya camkan terus menerus utk diri
sendiri (karena kadang saya tidak “ngeh”) adalah, kemampuan menerima
apapun resiko, hasil atau balasan yang mereka terima dari teman,
lingkungan, orang kebanyakan, atau bahkan dari Tuhan yang menurut orang
kebanyakan dianggap sebagai suatu “kemalangan”. Ya, bahkan merekapun
belum tentu sampai merasakan buah dari benih yang mereka tanam, benih
yang tumbuh menjadi pohon...yang dalam perjalanannya pohon itu mungkin
sempat sakit, rusak, atau bahkan patah, namun mereka tetap menanam dan
menggemburkan, ya mereka yakin bahwa balasan yang terbaiklah yang akan
datang pada suatu saat nanti. Karena buah dari pohon mereka akan
menghadirkan rasa yang lezat bagi perut-perut yang kosong, bagi
kerongkongan yang dahaga, bagi tangan-tangan terjulur..Kualitas itulah
yang membuat mereka pantas disebut orang hebat. Yang membedakan saya dg
mereka.
Keadaan disekeliling kita terkadang berkata lain,
yang sering terjadi dan saya temui adalah saat teman kita atau orang
yang kita bantu memberi balasan yang menyakitkan...sehingga misal
keluarlah kata-kata seperti ini, “Kalau 10 tahun yang lalu dia tidak
saya bantu, dia tidak mungkin sesukses sekarang, dasar tak tahu diuntung
sdh besar malah lupa siapa yang dulu bantuin saat sama-sama susah...”.
Keterjagaan mereka akan kualitas utk tetap “murni” dengan tidak
mengungkit-ungkit kebaikan yang telah ditanam, adalah salah satu bumbu
dan pupuk yang membuat buah mereka terasa lezat bagi siapapun. Walau
mungkin sudah sewajarnya kita sakit hati bila orang yang telah kita
gelontor kebaikan itu membalas dengan sebaliknya...Jadi ingat kata guru
bijaksana di suatu senja syahdu menjelang maghrib, saat saya masih
kuliah dulu, katanya, “Ikhlas itu adalah pekerjaan seumur hidup,
pekerjaan terus menerus dari saat kita mulai berniat, saat kita
melakukan, dan saat sesudah kita melakukannya sampai kita mati”. Itulah
hal yang paling berat yang hanya pantas dimiliki oleh org yang disebut
hebat, bukan yang mengaku hebat.
Jadi ikhlaslah untuk
dimanfaatkan bagi kebaikan orang lain, tetangga kita, orang banyak,
bahkan lingkungan kita, karena dengan itu kita dimuliakan dan dikenang
karena disebut sebagai orang yang bermanfaat.
Teman terbaik terlahir dari rahim kebaikan
dari bukan siapa-siapa menjadi kenal,
dari kenal menjadi teman,
dari teman menjadi sahabat,
dari sahabat menjadi saudara,
dalam satu persaudaraan,dalam satu ikatan,
ikatan berasal keabadian langit.
Berkumpulnya dirindukan, bekerjanya saling menolong,
berpisahnya saling menguatkan,
Terpisahpun hanya masalah jasad,
karena ruh-ruhnya tak pernah merasa terpisah.
Karenanya saat dipertemukan, sebelum mata saling menyapa,
hati sdh bergetar berlari untuk memeluk mendahului jasad.
Itulah Buah terbaik dari seorang teman,
Yang ikatannya bisa lebih kuat dibanding ikatan darah sekalipun
Karena mereka terlahir dari satu rahim yang sama,
rahim keimanan, rahim ukhuwah, rahim kebaikan
....Maka dimuliakanlah mereka di taman surga.....
Untuk
sahabat2 saya yg telah dipanggil Allah di bulan November 2011, Semoga
dalam ampunan dan kemuliaan di alam kubur maupun nanti dihari
berbangkit, ijinkan ya Allah utk lebih mulia dari kehidupan yang telah
berlalu. 15 Nov 2011
No comments:
Post a Comment