Saturday 1 June 2013

Tentang bertanya

Tentang bertanya:

Bertanya bagi anak sepertinya adalah bagian serius dari kehidupan mereka....

"Bi, kenapa tentara-tentara itu hanya latihan berperang"? tanya si sulung saat kami berada tepat dibelakang sebuah truk militer dalam suatu perjalanan sore.
"Karena mereka tidak punya musuh yang harus diperangi, jadi biar mereka tetap lincah kalau nanti perang betulan, maka mereka harus tetap berlatih", Jawab saya sambil kosentrasi menjaga jarak dengan sang truk.
"Kenapa mereka tidak ke Palestina? Disana kan mereka bisa berperang membantu palestina" tanyanya lagi.
"Karena nanti Amerika akan membantu Israel, dan karenanya Papua bisa merdeka seperti Timor-timur dahulu. Negara kita belum berani untuk itu", jawab saya. Obrolan kamipun menjadi panjang, dan mau tidak mau beririsan dengan pemahaman Al Haq wa Al Bathil. "Boleh tidak Bi, anaknya Presiden yang memerintahkan berperang kepada tentara?"..."Jadilah Presiden nak, karena kalau kamu "cuma" anak presiden tetap saja tidak boleh memerintahkan berperang". Doa itupun meluncur.

Bertanya bagi anak sepertinya adalah bagian serius dari kehidupan mereka yang sering disalah artikan oleh orang dewasa ataupun bahkan oleh orang tuanya sendiri. Disalah artikan bisa jadi berupa pengabaian, bisa berupa ketidak acuhan dengan tidak memandang muka  dan bertatap mata dengan sang penanya, bahkan bisa berupa juga hardikan keras. Yang seperti itu biasanya bertujuan agar si anak tidak bertanya-tanya lagi, karena riuhnya pertanyaan berarti gangguan bagi orang orang-orang dewasa itu.

Bertanya bagi anak sepertinya juga adalah bagian sebuah permainan yang mereka lakoni dengan serius yang juga sering disalah artikan oleh orang dewasa ataupun bahkan oleh orang tuanya sendiri. Disalah artikan bisa jadi berupa keluarnya jawaban-jawaban asal tanpa dipikir alias asbun (asal bunyi) dengan mimik muka serius dari orang dewasa ataupun bahkan oleh orang tuanya sendiri. Yang demikian ini biasanya si ortu sedang punya masalah lain yang sedang dipikirkan dan momennya tepat bersamaan dengan si kecil yang bertanya. Bisa jadi yang dipikirkan pun hanya sebuah gosip yang barusan dibaca di koran yang masih digenggam, ataupun kabar tidak jelas dari portal news yang terbaca di layar ipad, BB, HP, dll.

Si anak mungkin masih belum tahu cara menginterupsi "kesibukan" ortunya jika hendak bertanya, mereka hanya tahu bahwa sedang terpikir tanya, maka simple saja..langsung bertanya. Si anakpun bisa jadi belum mengerti apakah ada persolaaan lain yang lebih besar daripada persoalan yang sedang dia tanyakan.

Sepengetahuan saya, ternyata pertanyaan anak-anak punya bobot yang bermacam-macam. Dan bobot yang bermacam-macam itu akan sangat berbahaya jika tidak diseriusin. Ya berbahaya karena bisa menyangkut keberlangsungan harmoni dan kedamaian di dalam keluarga, juga kerukunan dengan tetangga, lebih luas lagi keberlangsungan bangsa dan negara ini, bertambah tinggi lagi hubungan antar negara di dunia ini. So..jawaban-jawaban kita pada mereka akan menentukan apakah negara kita nanti yang akan diwarnai oleh orang-orang asing, ataukah anak-anak kita yang nanti akan mewarnai negara-negara asing itu dengan izzah dan kearifan yang kita wariskan.

Atau jangan-jangan kita tidak pernah bercita yang tinggi untuk anak-anak kita????..bercita bahwa mereka yang akan mewarnai dunia ini

Maafkan ibu dan bapakmu nak..doakan kami yang banyak..yang banyak

No comments:

Post a Comment